Friday, December 08, 2006

Goodbye to Smack Down...


Gw kehilangan pertunjukan bagus itu: Smack Down! Sangat mengecewakan, karena tontonan itulah yang sering menemani gw pada jam-jam insomniac, sekitar tengah malam, di mana nggak banyak acara TV yang bagus. Gw suka dengan cara mereka berpakaian warna-warni, bentuk tubuh mereka yang "penuh daya hidup", kelenturan tubuh, kebugaran fisik, dan retorika mereka yang kadang lucu dan cerdas.. lebih memikat dari debat kusir para politikus dan para artis di infotaintment. Bener-bener hiburan yang sehat!

Tapi, setelah beberapa kasus kecelakaan yang menimpa beberapa bocah kecil, pihak berwenang menyimpulkan bahwa tontonan itu menyajikan adegan kekerasan yang merusak mental generasi penerus bangsa. Lalu, acara itu dicerca sana-sini, dan berbagai stasiun televisi pesaing dengan girang menurunkan laporan tentang keburukan Smack Down. Acara itu pun akhirnya dihentikan. Rada mengherankan! Bangsa yang memuja kepura-puraan, tiba-tiba saja antipati terhadap acara gulat pura-pura seperti ini! Argumen gw terlalu filosofis ya??

Gini aja deh, gw akan menunjukkan beberapa poin penjelas:

1. Bocah-bocah kecil itu memang mengalami patah tulang setelah meniru-niru adegan Smack Down. Tapi terlihat, kebanyakan mereka menontonnya dari kaset VCD bajakan yang bisa mereka beli cukup dengan menyisihkan duit jajan 5.000 perak. Kalaupun mereka begadangan di tengah malam buta cuma buat nonton acara itu, siapa sebenarnya yang patut disalahkan? Seandainya film Teletubbies yang lebih mendidik itu diputer jam 12.00 malam, apakah cukup bijak membiarkan bocah-bocah kecil nongkrong di depan TV pada jam segitu?

2. Karena perkembangan hormon dan keingintahuan, anak-anak cowok cenderung lebih gampang tertarik pada adegan yang penuh olah fisik. Mereka cenderung suka meniru-niru tokoh pujaannya. Dan secara orangtua mereka nggak punya tongkrongan fisik yang membanggangkan, maka mereka mengalihkan kekaguman mereka ke atlet-atlet Smack Down itu. Buat mereka, para atlet yang badannya atletis kekar, kadang berambut gondrong, itu lebih keren dibandingin ama bokap mereka yang kepala botak, perut gendut kek Teletubbies, ituannya kecil pula.. (maap nyontek gambar video DPR itu, hihi..) Jadi, kenapa nggak berusaha menjadikan diri sebagai idola anak-anak mereka sendiri?


3. Okay deh, Smack Down itu penuh kekerasan. Anak kecil belum punya filter bagus untuk membedakan mana yang serius mana yang enggak, jadi setiap nonton musti didampingi orangtua mereka. Gw sepakat dengan logika ini! Tapi, mengajak anak kecil untuk mendampingi orangtua sewaktu mereka nonton adegan maling digebuki massa, pendemo ditonjokin aparat, artis cowok ditimpuki pake sandal oleh bintang pilem cewek.. adilkah itu?? Ah, bisa jadi.. anak-anak kecil punya kearifan tertentu, sehingga mereka nggak mendemo stasiun televisi ketika mendapati orangtua mereka berantem, selingkuh, atau nikah dobel.

Life goes on. Di Tanah Air, hebohnya langsung tenggelam oleh berbagai isu lain yang tak kalah ajaib. Stasiun televisi itu dengan sukarela mencopot Smack Down dari menu acara, tanpa memberikan apologi panjang lebar... tanpa menunggu peraturan pemerintah yang melarang pegawai negeri sipil meniru adegan Smack Down, huahaha...

5 comments:

Yati said...

good....baru skarang gw liat pendapat berbeda yang bener2 beda soal Smack Down! pendapatnya bupati tolol itu juga beda sih...hahaha, tapi tulisan lo ini...hmmm, kemajuan besar dari tulisan sebelumnya ya?
udah bisa konsen, fokus dan ga bising lagi? kan musimnya brenti.blogspot :p

pyuriko said...

Gud Bye,...

Moga gak ada tayangan sprt itu lg yang beredar di tv2....

Anonymous said...

Smackdown tidak semestinya dihentikan...baca blog gue untuk argumentasi gue..

www.revolutia.org

anugerah perdana said...

smackdown? yah wajar juga sih kalo anak2 pada ngikit. saya juga pas jaman2 dulu (kesannya tua banget) idola banget sama yang namanya sting @ WCW, atau ultimate warrior @ WWF. tapi sekarang mah idolanya aa gym aja ah

Anonymous said...

dan orang -orang tv lain membuat talkshow bertema smack down, membicarakan smack down, seolah-oleh tayangan mereka tidak ada unsur kekerasannya sama sekali. tuh, tayangan kriminal siapa penanggungjawabnya? penanggungjawabnya = presenter acara talkshow itu.
come on... we all got blood on our hands...