Monday, June 26, 2006

Ondel-ondel

Jakarta ulang tahun! Dan seperti biasa, salah satu ikon yang pasti ada dari dulu adalah... Ondel-ondel! Lalu, di televisi pagi tadi ada story tentang makin punahnya "kesenian" ini. Nah, dari tadi gw jadi mikir kenapa nih mahluk begitu menarik. Misterious. Bukan karena apa, silsilahnya gak jelas! Gw susah sekali nemu referensi tentang asal muasalnya, kapan pertama nongol, siapa penciptanya... Kalau di antara kalian ada yang tahu banyak, bilang-bilang yak!

Buat membantu menemukan clue, berikut adalah beberapa fakta mengenai Ondel-ondel yang gw inget:

* Tinggi gede, beratnya.. gw gak tau! Karena gerakannya kaku, cuma kiri-kanan ama maju-mundur, boneka ini sebenarnya lebih cocok ditaruh di tengah2 kerumunan "rave party" dengan iringan musik techno yang housy, hihi... nggak pernah matching dengan musik gambang-kromong yang berlekuk-lekuk itu.

* Seringkali berpasangan, cowok ama cewek, menunjukkan "kesetaraan gender" dan perilaku straight sex, jarang mereka berduaan cewek semua (lesbian) ato cowok semua (gay). Dengan kata lain, mereka dibikin sangat manusiawi, konservatif, menjunjung nilai-nilai budaya dan adat istiadat aseli Indonesia yang adiluhung, huhu. Sungguh pas sekali dengan diktum bahwa semua mahluk hidup itu diciptakan berpasang-pasangan. Kadang bahkan, mereka dilengkapi dengan anak Ondel-ondel.. mirip keluarga sejahtera.

* Ikon budaya Betawi, sementara "Betawi" sendiri adalah melting pot dari unsur Sunda, Arab, India, China, Jawa, dsb.. Bingung kaan?? Liat aja, clothing ama garis mukanya sangat mirip dengan boneka India! Mengingatkan pula pada boneka Mimidok dan Roro Blonyoh dari Solo. Inget pula boneka Sigale-gale dari Batak, atau lebih tepatnya.. boneka raksasa Ogoh-ogoh dari Bali! Mereka ada yang berukuran sedeng, tapi ada yang gedeeee banget..

(Iyaah memang, "tinggi gede itu megah" adalah salah satu ciri kebudayaan purba yang sampai sekarang masih bisa diliat di alam modern ini. Sphinx di Mesir, patung-patung raksasa aneh di Easter Island, Borobudur, patung di Brazil, patung Lennin, tugu Pancoran....)

* Sangat pagant. Konon, dahulu kala, pemunculannya pertama adalah sebagai benda tolak bala buat menghadang gangguan roh-roh halus yang menggerecoki kampung. Ini berkebalikan dengan boneka "pengundang roh" semacam Sigale-gale atau Mimidok tadi. Tapi tetep aja, berhubungan dengan alam gaib kaan. (Di kelurahan sebelah kantor gw juga ada Ondel-ondel, dua... kemarin gw liat lagi duduk manis menghadap lapangan badminton... mungkin biar para atletnya gak sering kepleset yah!)

* Membanggakan. Suka dipajang di pinggir jalan protokol, di selebaran-selabaran, di kop2 surat... bahkan ada lagu bagus dari Bang Benyamin (almarhum) tentang Ondel-ondel, yang sampai sekarang masih terdengar riang di mana-mana. Sangat Jakarta, Betawi..

Tapi... jarang-jarang ada ormas Betawi mengusung ondel-ondel dalam berbagai kegiatannya, misalnya sewaktu mereka mendemo rumah si Inul tempo hari. Alasannya mungkin:

  • Walaupun selalu berpakaian rapet and sopan (jarang pake tanktop yang keliatan puser atau kemben macam boneka Roro Blonyoh dari Solo itu), tetep saja Ondel-ondel tidak sesuai dengan agama karena meng-imitasi wujud manusia.
  • Berat dan ukurannya yang terlalu gede bakal membuat gerak para pendemo nggak lincah, ribet kalo dibawa kejar-kejaran dengan polisi, and gampang ketauan kalo mereka mau ngumpet.
  • Kendati wujudnya sering membuat anak-anak kecil menjerit ketakutan, atmosfer yang identik dihadirkan oleh ondel-ondel adalah kegembiraan. Misalnya, pada acara kawinan (dilengkapi dengan pawai musik marawis/al-habu ama letusan mercon cabe), pekan raya, menyambut turis di airport... (Mereka bukan ancaman, sayang!)

* Kurang mendapat respons positip dari anak-anak sekarang! Survey menunjukkan, para abege di kampung-kampung lebih bercita-cita jadi "aktris sinetron" atau "anak band" daripada jadi Ondel-ondel, walaupun semua kegiatan itu sama-sama nggak memerlukan otak encer. It is very very saaad indeed!!:((

* Nggak seperti wayang kulit/golek yang selalu ber-evolusi, nggak ada upaya progresif dan inovatif dari pihak berwenang dan pelaku kesenian Ondel-ondel ini. Misalnya:

  • Mengganti materi fisik Ondel-ondel dengan bahan-bahan yang lebih ringan dan konstruksi yang lebih ergonomis, biar gerakan pemain lebih lincah (bisa salto mirip Barongsay);
  • Biar tampang mereka nggak begitu-begitu aja, kenapa wajahnya gak dibikin mirip2 para selebriti/orang terkenal, atau tiap gubernur/mantan gubernur wajahnya diabadikan sebagai kepala Ondel-ondel yang ditaro di depan pintu kantor-kantor pemerintahan. Biar ada pride & self-esteem getu, hihi...
  • Mengganti musik pengiring (gambang-kromong) yang sudah usang dengan musik itu tadi.. techno! ...lalu mewajibkan semua pengelola tempat clubbing untuk memajang Ondel-ondel di tengah arena. It will be so exciting, exotic, toxic, gokil.. maan!

Cuma itu poin-poin yang gw inget (kok panjang yaaa). And gw sebagai pencari nafkah bertaon-taon di Jakarta, sangat kagum dan ikut-ikutan bangga dengan semua keunikan tadi..

SELAMAT ULANG TAON JAKARTAAAAAAAA....

Tuesday, June 20, 2006

Hantu

Mari berbagi takhayul. Begini, pasti kalian sering denger cerita tentang hantu kantor, hantu gedung sekolah, hantu kereta, dsb itu kaan? Bahwa kita nggak perlu takut karena mereka para lelembut itu adalah mahluk yang lebih rendah derajatnya daripada kita, dan sebagainya. Beberapa stasiun televisi dan media cetak kadang memberitakan tentang peristiwa kesurupan -yang seringkali ditambahi ulasan dari psikolog atau para ghost-buster merangkap orang pinter itu. Belum lagi banyak juga film bioskop ama "sinema elektronik" (istilah yang menyebalkan!), yang tampilan hantunya gitu2 aja.

Nah, dua pertiga dari kalian sepertinya bakal mencibir kalau gw ceritakan tentang beberapa persinggungan gw dengan mahluk-mahluk itu. Biarin. Gw sebenarnya ingin bercerita tentang wujud mereka satu per satu di postingan ini, gara-gara sewaktu abis beli rokok tadi gw melihat sesuatu yang sedikit mengagetkan, di tanah kosong sebelah kantor gw. Sedikit kejutan visual yang nggak sampai menciptakan teror mental. Tapi.. nggak usah diceritakan semua detailnya ah, terlalu klasik:">

Gw memang pernah encountered dengan mereka. Misalnya, sewaktu di Solo sehabis Lebaran kemarin, sewaktu gw tidur sendirian di rumah lama yang kosong tanpa penghuni itu, suara berisik dan timpukan benda2 aneh selalu mengganggu tiap tengah malam. Ada yang kayak daging lengket tiba-tiba mendarat keras di bantal sebelah. Teror mental beneran, tapi lucu:D.

Sampai akhirnya, pada malam terakhir gw nginep di situ, dengan sedikit kesengajaan dan sisa keberanian, gw berhasil ketemu sesuatu berwujud cewek, yang ternyata tampangnya nggak semengerikan yang di film2 itu. Manis malah kayak muka yang gw udah kenal, matanya sipit2 mesum... (bisa jadi, gw yang tampan-enggak-jelek-pasti ini malah dianggep ganteng di kalangan mereka sehingga itu hantu merasa perlu dandan sebelum ketemu gw, hehe.) Mbak kunti ini akhirnya curhat tentang sesuatu yang nggak perlu ditulis di sini, dengan bahasa yang entah apa gw lupa.

Kalau yang di kantor, beberapa kali gw melihat atau mencium wewangian mereka. Di toilet, deket tangga, ruang rapat, dsb. Malah pernah, gw ama temen gw si Rini itu bisa melihat bareng2: sesosok mahluk feminin rambut panjang lagi duduk kaku di bangku yang sekarang lagi gw duduki ini, sambil tangannya mainin mouse...

Sumprit beneran! Sama benarnya dengan cerita berikut ini: kemarin dan hingga detik ini gw kesal, sampai berdebat sengit dengan si kepala bagian umum itu. Persoalannya: ada air yang selalu menetes dari plafon di atas komputer meja gw tiap hari Jumat. Kejadiannya sudah berminggu-minggu, tapi belum beres-beres juga. Gw berteori bahwa itu semua gara-gara pipa limbah air AC yang bocor merembes di plafon, lalu menetes di meja. Soalnya, air hanya menetes setiap ada rombongan konsultan yang bekerja di ruang cem-macem di sebelah itu. Mereka bekerja tiap hari Jumat, dengan menyalakan AC.

Tapi si kepala bagian ngotot, bilang bahwa itu adalah akibat retakan kecil di cor2an beton yang membentuk "sesar" memanjang, yang mengalirkan kubangan air dari atap. Nggak masuk akal. Gw juga kehabisan akal buat meyakinkan dia. Akhirnya, gw sampaikan teori kedua, bahwa yang bikin ulah adalah hantu cewek yang bermarkas di gudang lantai tiga, tepat di atas ruang gw (ini menurut Pak Leo paranormal hantu yang pernah main ke sini). Si kepala bagian ini tambah marah dan gantian nuduh gw yang nggak rasional. Gw mundur, ngalah, tapi tetep ngasih ultimatum. Dan sekarang gw terpaksa menempati meja yang posisinya nggak menarik ini (ngadep ke jalanan, mirip operator sound di kondangan, kata temen gw).

Kepala bagian umum ini berjanji akan membereskannya dalam minggu ini, sebelum deadline yang dia janjikan. Tapi tetep aja gw sebal. Dan hiyaah, sebenarnya ini semua memang cuma curhat perkantoran yang gw bumbui dengan cerita hantu yang banyak boongnya, hahahaha...

Tuesday, June 13, 2006

Bola itu bundar (dan besaaar)

Photobucket - Video and Image HostingDi bawah ini adalah eksperimen gw, bikin postingan yang sedikit paaaaaaaaaanjang… Itung-itung buat niru majalah2 komersial, sekarang ini adalah postingan EDISI KHUSUS PIALA DUNIA, hihihi... Postingan ini dibagi beberapa bagian, jadi tiap-tiap bagian bisa di-skip kalo gak demen.


Part 1: Bola Orde Baru

Sore tadi, gw ngobrol ama temen sekantor yg udah bisa dibilang sepuh. (Gw gak tau umurnya berapa, tapi rambutnya udah putih semua... putih bener-bener putih alami karena usia dan Photobucket - Video and Image Hostingbukan karena abis di-bleaching di salon.) Ngalor-ngidul topiknya. Dari basa-basi tentang berapa tulisan yang dia bikin hari ini, suka nonton bola atau nggak, juga konsultasi tentang bagaimana gw bisa mengeluarkan gorilla yang sampai sekarang bersemayam di tubuh gw, sampai… pantes atau nggak kah Soeharto dihukum! Ini bukan pertanyaan retoris, tapi gw memang ingin menggali pemikirannya yang seringkali beda dari orang-orang biasa.

Dan memang benar dugaan gw, dia jawab tidak. Lalu dia bercerita tentang masa lalu keluarganya. Bapaknya adalah salah satu korban Orde Baru juga. Pake acara penjara dan todong-todangan senjata juga! Tapi, memperlakukan pecundang dengan cara yang sama seperti perlakuan dia waktu berjaya dulu… adalah repetisi yang basi. Kata dia, bangsa ini nggak akan maju-maju kalau berpikirnya maju-mundur kayak getu. Bales dendam mulu, tapi ketegasan hukum gak ada, gak sepragmatis China.. blah-blah-blah. Gw pusing, karena pada dasarnya gw rada dungu buat memikirkan persoalan seperti itu. (Dan bagian ini gak nyambung ama soal bola.)


Part 2: Bola di Blog


Ada teman yang berkeluh kesah bahwa salah satu pembawa acara siaran Piala Dunia itu, jeng Titik, nggak level and nggak kompeten. Dia bilang, itu adalah tanda-tanda kemunculan "pangeran kegelapan". Lalu tulisan berkembang menjadi keluhan tentang betapa tidak produktifnya kegiatan nonton bola ini. Sama sih dengan complain Pemerintah China, yang menghitung penurunan produktivitas para pekerja selama pertandingan bola berlangsung. Seorang pengusaha di Bandung juga mengatakan yang kayak getu. Okay, mari bangkit saudara-saudaraku, tinggalkan semua itu, kata dia.

Another point to digest: suka ndak suka, hampir Photobucket - Video and Image Hostingsemua stasiun televisi itu dimiliki para pemodal besar, yang di Indonesia orangnya dari dulu hanya itu-itu saja. Jadi jangan heran kalau salah satu dari mereka tiba-tiba pamer tampang di stasiun tipi kepunyaan mereka sendiri. Hmm.. tapi gw sekarang ngebayangin seandainya Mbakyu Waldjinah yang jadi host acara itu, dijamin seru dan pasti gw bakal nonton!)

Ngomong-ngomong, gw nggak sepakat dengan istilah "pangeran kegelapan" yang disampaikan temen gw tadi. Dia nggak pantas dapet sebutan itu. Menurut gw, gelap itu indah, introspektif, meditatif, tenang. Kebalikan dari terang menyilaukan yang penuh tipu daya. Jadi, jangan samakan Soeharto dengan Ozzy Osbourne!! Gak level tuh :(.


Part 3: Bola di Kantor

Di kantor, temen-temen pada ribut karena siaran bola SCTV itu gak bisa ditonton lewat TV kabel. Ada tiga tivi berukuran 21-29 di ruangan ini. Semuanya nyambung ke Indovision. Salah satu teman gw marah-marah kepada stasiun televisi itu, memonopoli hak siar dsb. Gw bilang, namanya juga dagang. Salah sendiri tertarik pada produk yang mereka dagangkan. Nggak seperti gw yang sampai sekarang aman damai bahagia, nggak perlu mengobral energi marah, karena gw sendiri tak pernah tertarik ama tontonan absurd itu.

Tapi gw bisa memaklumi lah. Seandainya gw tertarik pada hal tertentu, bisa jadi gw akan melakukan tindakan yang lebih aneh daripada mereka. Kegiatan main-main bisa menjadi semacam katarsis, buat mengalihkan dari persoalan hidup yang beraaaaat ini (cuih!!). Itu juga yang bisa jadi ada dalam benak panitia acara nobra (nonton brareng2) di Jogja itu, yang masang layar gede buat nayangin pertandingan, di mana penontonnya dipersilakan menyumbang buat saudara-saudara kita yang abis terkena gempa.

Nah, untuk acara nonton bola sambil kerja di sini, temen-temen itu akhirnya menemukan solusi: minjem antena televisi gw! Mereka lihat, hari-hari ini gw jarang ngendon di kos2an. Tempat tinggal gw –seperti sudah gw ceritakan berjuta kali— hanya berjarak 20 meter dari kantor. Dan mereka pikir, gw punya dua antena, karena memang pernah ada dua TV di kamar gw. Daripada ribet, gw bawain antena itu. Dan beberapa menit kemudian, terdengar sorak-sorai para mahluk ganjil itu di ruang sebelah.

Tinggal gw sendiri di sini yang lagi mikir, gimana kalau gw besok mau nonton sinetron belatung, AFI, kuis Superdeal, atau acara gosip (semua yg bagus2lah) di kamar kos. Akhirnya gw putuskan, gw beli antena yang baru. Murah juga kok sebenernya, lebih bagus malah. Beres.


Part 4: Bola di Belahan Bumi Sebelah Situ

Kemarin siang, gw berkomunikasi lagi dengan temen yang gw bilang tinggal di negeri kincir angin itu, lewat messenger, setelah dia membaca blog ini. Si Nuri temen gw ini bercerita, keluarganya sekarang lagi kecanduan bola. Tiap ada pertandingan, semuanya manteng di depan pesawat televisi. Semuanya berbaju oranye seragam kesebelasan Belanda. Termasuk anaknya, si bule setengah itu. Dia pun bangga bercerita bahwa bapak mertuanya adalah pelatih di kesebelasan lokal Katwijks. Yang membanggakan juga, salah satu pemain nasional yang sekarang ikut berlaga di Piala Dunia juga berasal dari situ. (Gw lupa namanya, kalo nggak salah Wagiyo :D) Kemaren itu dia juga ngirim beberapa pic anaknya yang berukuran gede2, pake bikini (sambil bilang: awas jangan napsu loh!)

Keterangan Foto: Gw nyari foto kesebelasan Belanda yang bagus susah banget, belum nemu. Maka buat sementara, gw pasang aja dulu foto para relawan China yang membantu korban gempa di Jogja ini (BBCNews). Toh, sama-sama orange kan, seragamnya... :">:">


Epilog:

Mungkin di antara kalian ada yang mempertanyakan kondisi hormonal gw (cowok kok gak Photobucket - Video and Image Hostingdemen bola!). Gw selalu bingung menjawab. Gw bukannya nggak suka. Cuma males aja ngapalin nama2 gak penting itu. Setiap ada yang nanya “jagoin siapa”, gw kadang bilang “Kroasia”. Di lain waktu gw bilang “Korea”. Pernah juga, “Iran”. Bingung kaan? Dan lagian, cowok kok nonton cowok! (Btw, mungkin, kalau pemainnya pada pake sepatu boot, jaket kulit item2, mungkin rada menarik sebagai tontonan.)

Gw masih normal and straight, bro! Di dunia ini masih banyak permainan lain yang lebih gokil, yang lebih memacu adrenalin dan memelihara kesehatan jantung. Masih banyak bola-bola lain yang bisa kita mainkan, dalam berbagai bentuk dan ukuran (bola basket, bola tennis, bola bekel, telor ceplok, tutup cangkir...=P~)… udah ah, let me go back to my work!



Saturday, June 10, 2006

Dedication Page, part 2

Gw lagi buka-buka situs Song2Play nyari musik buat dipasang di weblog ini, browsing dari Pink Floyd, Jethro Tull, sampai Therion, Cradle of Filth... tiba-tiba nemu Steve Hulse, Java Court Gamelan: Ketawang Puspawarna, hihii. Ndeso! Tiba-tiba juga, gw keinget dengan temen gw si Nuri*, si norak-dangdut yang sekarang udah hidup nyaman sejahtera di belahan bumi sebelah situ. A friend to remember.

Gw keinget tahun-tahun silam, masa-masa kelam yang penuh keceriaan. Mabok bersama di penghujung tahun, nonton konser, bagi-bagi sidejob diem-diem, ulang taon yang lumayan nendang di frontrow itu, duduk di ruangan gw sambil nyanyi-nyanyi lagu jadul yang konyol, nyelain orang-orang sekitar yang punya masalah dengan gaya. Juga, demo cengar-cengir di depan kedubes Amrik, sok memprotes pembunuhan wartawan di Perang Irak. Bawa spanduk gede bertuliskan "Don't kill the messenger", sementara dia berpaling ke gw sambil mesem, bilang: "don't kill yahoo messenger!"

Iyah, waktu itu dia adalah temen sekantor gw, penulis intuitif yang juga demen chatting di Y!Messenger. Di situ dia nemu seorang cowok tinggi besar putih, terus menikah, dan sekarang tinggal di negeri baling-baling.. eh, kincir angin itu. Deskripsi temen gw itu: item kecil ipel-ipel, clana jins warna item, jaket jins item juga, sneaker warna norak, rambut ikel panjang dicat warna genteng lumutan, contact lens coklat, dan rokok starmild yang dia isep dengan gaya --menurut dia sendiri-- "mirip gerwani", hihi..

Terakhir jalan bareng adalah ketika dia berliburan sebentar ke sini, dalam keadaan hamil. Dia ngajak gw mencari sesuatu di mal Kalibata. Pertama kali sih buat gw: jalan-jalan di mal dengan perempuan yang lagi hamil gede! Bayangin, cewek-cewek pada melengos setiap gw lempar pandangan mesum ke arah mereka :)):)). Kami sempet mampir ke salon buat krimbat; disambut tatapan keheranan dari si Dina --cewe paling ganjen di salon itu, yang mulai apal bahwa kalau gw ke situ artinya gw belom keramas selama lebih dari seminggu.

Sekarang, gw gak tau kayak apa wujudnya. Jadi ibu rumah tangga yang baik katanya. Punya satu anak cewek yang tampangnya bule abis ("Kalo jalan-jalan di indo, pasti gw dikira pembokatnya," kata dia:D) Kadang nyalain messenger, sekadar say hello, "cewenya brapa?", "masih pedofil?", "kapan tobatnya?, "kapan kawin?", dsb... Ah, ndeso, contong... I can see you are reading this, dul!

Tuesday, June 06, 2006

Goodbye to Romance


Yesterday has been and gone
Tommorow will I find the sun
or will it rain
Everybody's having fun
Except me I'm the lonely one
I live in shame

(chorus)
I said goodbye to romance, yeah
Goodbye to friends, I tell you
Goodbye to all the past
I guess that we'll meet,
we'll meet in the end
I've been the king, I've been the clown
now broken wings can't hold me down
I'm free again
The jester with the broken crown
It won't be me this time around
to love in vain

(repeat chorus)

and I feel the time is right
although I know that you just might say to me
what you gonna do
what you gonna do
But I have to check this chance
goodbye to friends and to romance
And to all of you
And to all of you
Come'on now!

(repeat chorus)

and the winter is looking fine
and I think the sun will shine again
and I feel I've cleaned my mind
all the past is left behind again

(repeat chorus)


* Ini lagunya Om Ozzy Osbourne yang lagi disetel di sini loh.