Saturday, July 29, 2006

puisi weekend ini

Setiap kali menghadap cermin, selalu kulihat sesosok mahluk berpakaian hitam-hitam, rambut ikal panjang lebih dari sebahu.
Gondoruwo kah itu? Atau malaikat yang sedang menyaru?

Ah bayang-bayang, sebenarnya ingin sekali aku berdebat denganmu
Tentang siapa di antara kita yang lebih mirip Johnny Depp... upss
Tentang siapa yang mestinya berdiri di situ.
Tapi kau malah membisu.
Dan di balik tatapan matamu yang merah karena kurang tidur itu,
kau tersipu malu, tersenyum simpul dan diam-diam berlalu.



* Karena dalam puisi harus ada kejujuran, maka dengan jujur gw mo bilang bahwa baris-baris di atas itu diilhami oleh “aku dan bayang-bayang” upss.. "Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari" karya Sutardji Djoko Darmono, hihi.. Semoga beliau nggak ikutan jadi blogger trus blog-walking ke sini, trus menclak-menclak gara-gara namanya gw kutip dengan salah!


Monday, July 24, 2006

Dedication Page Vol.4

Dengan kemewahan teknologi yang dia punya, temen gw si Scarlet mengirim dua file lagu lewat messenger. Satu adalah lagu kebangsaan dia, Scarlet Ribbon, satunya lagi lagu yang udah setahunan ini gw cari-cari... Ode To Billy Joe, setelah sebelumnya dia mengirimi gw The Death of Lhakpa-nya Bruno Coulais ("Himalaya-l'enfance d'un chef") yang juga susah banget gw dapet dari Net. Ah, temen yang baik (juga rada manis pas anteng difoto)... di sela-sela kesibukan dan problem berat yang menimpanya, dia masih menyisakan waktu buat lucu-lucuan seperti ini.

Nah, buat manjang-manjangin postingan, gw paste lyric dari lagu itu di sini...


Ode To Billie Joe (Bobbie Gentry)


It was the third of June, another sleepy, dusty Delta day
I was out choppin' cotton and my brother was balin' hay
And at dinner time we stopped and walked back to the house to eat
And Mama hollered out the back door "Y'all remember to wipe your feet"
And then she said "I got some news this mornin' from Choctaw Ridge"
"Today Billie Joe MacAllister jumped off the Tallahatchie Bridge"

And Papa said to Mama as he passed around the black eyed peas
"Well, Billie Joe never had a lick of sense, pass the biscuits, please"
"There's five more acres in the lower forty I've got to plow"
And Mama said it was shame about Billie Joe, anyhow
Seems like nothin' ever comes to no good up on Choctaw Ridge
And now Billie Joe MacAllister's jumped off the Tallahatchie Bridge

And Brother said he recollected when he and Tom and Billie Joe
Put a frog down my back at the Carroll County picture show
And wasn't I talkin' to him after church last Sunday night?"
I'll have another piece of apple pie, you know it don't seem right"
"I saw him at the sawmill yesterday on Choctaw Ridge"
"And now you tell me Billie Joe's jumped off the Tallahatchie Bridge"

And Mama said to me "Child, what's happened to your appetite?"
"I've been cookin' all morning and you haven't touched a single bite"
"That nice young preacher, Brother Taylor, dropped by today"
"Said he'd be pleased to have dinner on Sunday, oh, by the way"
"He said he saw a girl that looked a lot like you up on Choctaw Ridge"
"And she and Billie Joe was throwing somethin' off the Tallahatchie Bridge"

A year has come 'n' gone since we heard the news 'bout Billie Joe
And Brother married Becky Thompson, they bought a store in Tupelo
There was a virus going 'round, Papa caught it and he died last Spring
And now Mama doesn't seem to wanna do much of anything
And me, I spend a lot of time pickin' flowers up on Choctaw Ridge
And drop them into the muddy water off the Tallahatchie Bridge


Ini adalah lagu yang sangat simpel, minimalis banget melodinya kayak musik pengamen. Tapi lyric-nya sampai sekarang masih dibahas orang. Sangat sederhana, yakni tentang misteri bunuh diri seorang pemuda, yang tak disangka-sangka punya hubungan erat dengan si subject-lyric. Sebagai "puisi naratif" yang struktur rima dan meter-nya cermat, lagu ini lumayan lentur cara bertuturnya. Nggak mbulet tapi "kosong" kayak kebanyakan lagu2 zaman sekarang.

Dah ah, tar dibilang sok njelimet...

Sunday, July 23, 2006

Turbulensi Serebral (reposted)

Suatu malam bertahun-tahun silam, gw berada di tengah sekumpulan "orang pinter". Gw lupa persisnya kapan: tanggal berapa, bulan kapan, tahun berapa. Yang pasti, saat itu adalah tengah malem Jumat Kliwon, dan tempat kejadiannya di teras sebuah rumah yang sederhana di sebuah kompleks perumahan pejabat departamen pemerintah yang berlokasi di salah satu sudut selatan Jakarta (mamposs.. panjang kan deskripsinya:))). Kita bersembilan. Pas lagi break acara, kita duduk melingkar, ngopi dan ngerokok2, diskusi ngalor ngidul, mendengarkan berbagai petuah "the leader of the pack" di tengah2 acara.

Pasti ada yang nanya kenapa gw yang normal ini bisa tiba-tiba berada di antara para paranormal itu? Jawabannya: iseng, diajakin temen, itu juga baru dua kali kok... stop! Ini kepanjangan buat sebuah prolog, hihi..

Begini, dalam diskusi itu juga dibahas tentang hubungan antara apa yang kita visualisasikan dan konsekuensi yang bisa menimpa kita. Ada pernyataan menarik tentang Tragedi Mina --sebuah peristiwa yang terjadi beberapa tahun sebelumnya dalam acara ibadah haji di Mekkah (tahun berapa yah?). Konon, selama berbulan-bulan sebelum tragedi terowongan yang memakan banyak korban warga Indonesia itu, di Tanah Air ada sebuah lagu pop yang lumayan terkenal dan sering diputer di radio2.. yang reffrain-nya bolak balik berbunyi: "hancur Minah..". Bingung? Gw juga.

Itu pertama kalinya gw mendengar ada tragedi kematian massal yang dihubung2kan dengan sesuatu yang ajaib. Dan hanya di kalangan mereka analisis itu beredar.

Sekarang? Beberapa bencana terjadi di sini: Jogja, Merapi, Sinjai, dan terakhir tsunami minor di Pangandaran ("Lama-lama Pulau Jawa bisa klelep ya," kata seorang temen di Blanda.) Buanyak banget analisis non-otak seperti itu dijual media massa, yang para wartawannya sudah tentu adalah para graduate perguruan tinggi. Mereka tahu memanfaatkan kekosongan spiritual khalayak pembacanya, yang butuh penjelasan mengagetkan untuk segala peristiwa yang terjadi akhir2 ini.
Nah terakhir, gw dapet berita mengerikan di koran Ibu Kota: bulan November nanti bakal ada bencana di Jakarta! Itu kata si Mama Lemon, paranormal yang konon udah pernah meramalkan gempa dan sebagainya kemarin itu. Dan liat kaan, demen banget koran-koran memberitakan yang seperti itu. Krisis agama? Cerebral turbulence? Tauk ah, namanya juga jualan.

****

Okay, dalam kerangka takhayul itu, setujukah kalian kalau ada yang bilang bahwa semua bencana alam ini terjadi gara2 kita sering menonton film-film Hollywood yang subjeknya tentang catastrophe itu? Atau sinetron2 horror tentang azab fisik yang diterima langsung oleh para pendosa?

Atau jangan-jangan benar kata si Lia Edun, pemimpin Kerajaan Hantu yang sekarang bersinggasana di Rutan Pondok Bambu. Dia bilang dalam salah satu puisinya, bencana-bencana yang terjadi selama ini ada hubungannya dengan "goyang ngebor" dsb yang dilakukan si Inul --inget tragedi lumpur di sumur Jawa Timur itu. Ups.. jangan-jangan memang benar!

Mari kita mengingat kejadian dari hampir setahunan silam, yakni konflik antara para penyanyi dangdut sekseh dan Rhoma Irama. Kita konotasikan kata "goyang" dengan gempa. Lalu kata "ngebor" dengan.. ngebor juga (bahasa linggisnya: drilling!)

Goyangan Inul dan kawan-kawan itu jauh lebih dahsyat daripada yang dilakukan Kak Rhoma beserta para sekutunya, yang cuma sedikit maju-mundur dan kiri-kanan --kayak ogah2an begitu deh. Getarannya lebih kenceng, dan lebih variatif. Bandingannya, goyang Inul ini di atas angka 6 pada skala Ritcher. Sedangkan goyangan Kak Rhoma, diliat di seismograf, angkanya kurang dari 2 SR. Jadi kebayang kan, kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa Inul itu jauh lebih parah dan sering berpotensi menimbulkan tsunami...

Apakah karena jumlah simpatisan Inul lebih banyak daripada Kak Rhoma, maka semua gempa itu melanda? You've got what you wish, gitu? Ah sudah.. sudah! Gw lebih suka nggak sepakat.

Gw bukan pengikut Lia Edun yang kepalanya pada pelontos and pake baju putih2 itu, tahu kaan alesannya! Sebagai seorang "anak metal yang terasing di republik dangdut", gw menganggap teorinya masih terlalu apocalyptic, terlalu meletihkan, membelenggu, merontokkan daya hidup. Gw lebih suka memandang semua ini cuma kejadian naik-turun... 1nhale-exhale... semuanya biasa-biasa saja... bencana dan bahagia sama saja... langit di luar langit di dalam menyatu dalam diriku.. (terakhir ini gw cuma njiplak kata2 Rendra, haha..)

Done! Masih bingung? Tambah takut? Mendingan nggak usah dipikirin.. mendingan gak usah dibaca juga postingan ini, hihi..

* Mood gw lagi muram and mengalami "turbulensi serebral" pas bikin postingan ini.. maap kalo nggak fokus.

Wednesday, July 19, 2006

Let me introduce my self... (part 2)

Akhirnya, gw menemukan cara untuk nampang di postingan blog sendiri, hihi.... gw orangnya pemalu and gak pede buat foto2 di tempat umum, maka terpaksa gw pake mask itu biar kliatan gantengan dikit.

Lokasi pemotretan: Salah satu stand dealer mobil di arena Pekan Raya Jakarta
Dated: July 8, 2006
Photographed by: Bunglon

Description:
Kita bertiga jalan ke tempat itu dengan membawa yang aspirasi masing-masing yang saling berbeda. Yang satu pingin mengunjungi stand handphone setelah ngeliat tayangan feature di tipi O'Channel (dibilang ada diskon sampe 50%). Satunya ingin ngeliat pameran motor ama mobil (katanya mo beliin cewek yang di sebelahnya).
Gw sendiri cuma kepingin nonton ondel-ondel, makan kerak telor, ama ngeliat-liat kali aja ada yang jualan BH bentuk bola.. kalau ada gw mo beli buat hadiah ultah tuh anak. Maka dari itu, gw jadi sering misah dari mereka karena gw lebih tertarik pada barang2 non-teknologi, hihi..

Tapi... akhirnya gw nggak berhasil mendapatkan barang-barang yang gw cita-citakan itu. Yang kebeli cuma topeng karet seharga 35 rebu! Dua temen gw malah lebih ajaib: satunya nggak belanja apa2, satunya lagi cuma beli tali buat gantungan ID warna kuning yang ada tulisan "Brazil". Nggak bikin capek kok jalan-jalan di situ, cuma rada aneh aja gw. Gw tiba-tiba ngerasa lagi dikelilingi temen-temen yang aneh!... (uppss, terhenti gara2 gempa barusan, gw naik ke atap gedung di lantai tiga buat nyelametin diri!)


_____________

Stop press: Gempa konon berkekuatan 6.8 skala Ritcher, episentrum di Selat Sunda. Hmm.. gw barusan berdebat ama temen: yang bener tuh musti kabur ke luar gedung atau naik ke atap gedung berlantai dua ini, soalnya gw pikir kan di atap situ sama sekali gak ada sesuatu yang bisa merubuhi kita (yang bener yang mana seeh??). Gw tadi sendirian naik ke atap gedung, ngeliatin temen2 di bawah sana yang pada teriak2 ke arah gw, huhu...

Wednesday, July 12, 2006

Another True Story (done!)


"There is no dark side of the moon, really. Matter of fact, it's all dark." (Pink Floyd)


Ini lagi-lagi cerita kriminalitas yang gw denger malem kemarin itu. Si Ronaldo (bukan nama sebenarnya --Red.) menceritakan sebuah kejadian mendebarkan yang barusan dia alami. "Sport jantung Mas, gw ogah lagi deh ikut-ikutan," dia berkata sambil geleng-geleng kepala, tapi kok gw ngeliat tatapan matanya yang bangga! Dia cerita, pagi itu temennya ngajakin jalan. Dia pikir, pasti si Zidane (kebetulan juga bukan nama sebenarnya) ini mau "bokul" --membeli (narkoba). Dia pun bersemangat. Ganti baju, clana jins belel, ambil helemnya, lalu cabutlah mereka berdua dengan RX-King warna item kepunyaan si Zidane.

Ronaldo yang bawa motor, Zidane dibonceng sambil ngasih komando. Setelah meliuk-liuk di tengah keramaian Jakarta pukul 11 pagi itu, mereka pun sampai di sebuah kawasan macet deket lampu merah. Lalu motor berjalan pelan beberapa meter di belakang sebuah sebuah Toyota Harrier yang jalannya tersendat di tengah arus lalu lintas yang padat merayap. Nah, mendekati lampu merah, kemacetan parah terjadi.

Tiba-tiba si Zidane bilang kepada Ronaldo: "Minggir, gigi satu Ron!" Motor dipinggirkan deket trotoar, Zidane turun dan bergegas melangkah ke arah Harrier itu, yang sekarang udah berhenti total di tengah-tengah keribetan lalu lintas. Dia berdiri di dekat bagian depan mobil itu. Dia congkel kaca spionnya dengan tangan telanjang, dan dalam beberapa detik spion lepas! Lalu, sambil menenteng spion itu, dia berlari ke arah Ronaldo yang menungguinya di trotoar sana, duduk bengong di atas motor yang mesinnya tetep on. Dia loncat ke sadel, tepuk punggung si Ronaldo dengan keras sambil teriak: "Jalan!"

Ronaldo shock, dan refleknya: tancap gas ke arah kiri. Masuk gang tikus yang dia apal, muter-muter dikit, lalu balik ke rumah si Zidane. Setelah sejam nongkrong di kamar Zidane sambil ngopi dan ngerokok, mereka jalan lagi --kali ini dengan motor bebek-- ke arah pertokoan onderdil mobil di sudut utara kota (dia nggak pernah memegangi barang hasil jambretannya lebih dari dua jam.. untuk menghindari tertangkap tangan). Hasil kerajinan si Zidane itu dibeli pemilik salah satu toko, 350 ribu. Ronaldo yang --ngakunya-- joki dadakan itu dapet jatah 100 ribu.

Gw rada takjub denger ceritanya itu, sampai lupa nanyain spion yang diambil itu kiri, kanan, atau kiri-kanan. Juga, gimana tampang orang yang di dalam mobil itu? Gw bayangin, si pengendara mobil itu terbengong-bengong sambil mikir: "Lho, spionku mana?" (gak penting yah, hihi...). Beberapa poin menarik gw catet dari sepanjang cerita si Ronaldo ini. Misalnya, Zidane adalah "single fighter", tapi kadang mengajak joki favoritnya, si Materazi (nggak dibikin-bikin loh ini nama samaran juga!), dalam aksi-aksinya.

Ah, another pair of junks! Mereka hanya segelintir dari berjibun manusia aneh di Jakarta ini. Zidane adalah pecandu drugs, yang melakukan aksi kriminalitas sekadar buat memenuhi kebutuhan konyol itu. Beberapa kali masup ke elpece (Lembaga Pemasyarakatan Cipinang), tapi tiap keluar dari situ tambah tinggi skill-nya. Yang bikin gw nggak begitu simpati padanya: beberapa kali dia menjambret handphone penumpang KRL Jabotabek! (Kalau kalian adalah penumpang kendaraan itu, dan suatu ketika melihat cowok tinggi berambut cepak-rapi, berkulit bersih tapi tatapan matanya rada kosong, duduk tenang mengawasi penumpang, samperin aja sambil bilang: "Mas Zidane yah! kenal ama Burung gak?":D).


_____________


Nah, sekarang gimana kira-kira nasib si Toyota Harrier itu? Konon, di Jakarta, mobil ini termasuk mewah, kalo mau beli musti indent dulu. Nggak dijual di dealer resmi pemegang merek. Harga mobil ini bisa tujuh ratus juta (bener gak yah?) Jadi pemiliknya ya itu-itu aja orangnya. Bisa jadi, setelah kecopot kaca spionnya, dia akan nyari onderdil di deket-deket Kota tadi juga, dan membeli di toko onderdil yang jadi penadah tadi, lalu ketemu lagi ama kaca spion yang tadi, dengan harga yang bisa jadi mencapai sejuta perak!


_____________


Tips buat yg di Jakarta:

* Jika kalian adalah pengendara mobil pribadi, waspadalah jika berada di daerah macet. Tapi tenang aja, mereka penakut juga kok. Si Zidane ini rada apal; kalau kaca spion dilapisi "tattoo" dia nggak bakal berani nyongkel, karena akan makan waktu lama. Dan sasaran favorit mereka adalah mobil mewah! Spion Kijang dia nggak begitu berminat, karena cuma laku 50 ribu. Mobil lain semacam Xenia, Jazz, atau sedan2 biasa... malah cuma 20 ribu. Mereka memanfaatkan situasi hiruk pikuk yang bikin orang nggak konsentrasi. Jadi, when things get hot.. stay cool (ngutip kalimat iklan).

* Jika kendaraan kalian adalah Metromini/Kopaja, jangan terlalu memikirkan kaca spion. Mereka sama sekali ogah nyongkel spion Metromini (ini fakta!). Lagian, biarin aja pak sopir yang ngurusi. Jadi, mendingan konsentrasi diarahkan ke barang bawaan kalian sendiri, hehe.. banyak copet loh di dalem situ :D.

* Jika sarana transportasi kalian adalah KRL Jabotabek, waspadalah juga ketika masuk gerbong kereta. Suasana ribut di pintu kereta bakal dimanfaatkan oleh para Zidane itu untuk mencomot barang bawaan kalian! Setelah berhasil mencomot barang penumpang, biasanya mereka loncat lagi ke luar sebelum kereta meninggalkan stasiun. Stay cool juga lah!


Catatan:
Gw bukan temen mereka! Semua ini adalah hasil kerajinan mendengar gw, karena di antara mereka pasti ada yang suka menceritakan pengalaman "heroik" mereka, yang tanpa mereka ketahui ter-published di sini:">.. quoted: "man is a creature who spends his entirely life in an attempt to convince himself and his surrounding that his existence is not absurd" (kira2 gitu deh bunyi kutipan dari Albert Camus dulu!)

Okay, the posting is done!

Saturday, July 08, 2006

Let me introduce my self...* (Part.1)

Beberapa hari ini, gw ngerasa diri gw kayak pengunjung sebuah kebon binatang yang datang sendirian pada weekdays yang sepi, di mana jumlah binatangnya berkali-kali lipet lebih banyak daripada pengunjungnya. Gw menikmati benar: menonton para binatang itu murung terkurung di balik kerangkeng-kerangkeng mereka. Tapi, karena mereka (para binatang itu) mayoritas dan gw minoritas, gw jadi ngerasa bahwa merekalah yang sedang menonton gw.

Okay, sit back! Tadinya gw ingin menceritakan beberapa kelumit pengalaman masa silam gw di sini. Sekadar buat refleksi diri, buat menghapus ketidakpedean ini, sekaligus nglatih jari-jari ini, hihi.. Tapi mendingan nggak jadi! Gw nggak ingin merusak mood dengan membeberkan terlalu banyak sosok gw sendiri, yang sama sekali nggak menarik. Tapi, berhubung profile gw nggak nongol di page ini, dan profile di account Friendster gw nggak informatif karena alasan visual, gw ingin menonjolkan beberapa hal penting di sini.

Gw berjenis kelamin jantan, single, doyan lawan jenis yg punya inner attraction, bukan gay atau lesbian (let them live their own lives!). Gw bisa jadi susah disebut religius, kalau itu diartikan sebagai ketaatan yang dogmatis, tapi gw respect kepada mereka yang menjalankan perintah agamanya dengan tulus dan ikhlas. Anarkis? Gw lebih suka bilang tidak! Percaya takhayul? Iyaah karena gw sendiri kan sejenis memedi, hihi. Zodiak: blasteran Virgo ama Cancer. Penyanyi favorit detik ini: Milla Jovovich (semalem abis nonton ulang Ultraviolet). Film bagus: Apocalypse Now dan Red. Kutipan favorit barusan: "The horror, and mental terror, are your friends!" Musik pagi ini: World Reggae. Dah! Eh satu lagi: gw nggak tampan! Kalau gw ganteng, mana sempat gw bikin blog ini...

Jadi sekilas udah tahu kan, gw sebetulnya manusia normal yang memandang hidup ini dengan biasa-biasa aja. Nggak ada yang aneh di dunia ini, meski kadang dibutuhkan kesabaran berlebih untuk memahami ketidakanehan tersebut.


Okay sekian dulu halaman perkenalan ini. Bagian 2 ama 3 menyusul kapan-kapan kalau gw inget/sempet. Peace!


* Judul dicontek dari baris pertama lagu The Rolling Stones: "Sympathy for The Devil"

These lines are among my favourites...

TWO roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;

Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim,
Because it was grassy and wanted wear;
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,

And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way,
I doubted if I should ever come back.

I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I—
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.

(Robert Frost, The Road Not Taken)




Thursday, July 06, 2006

Resensi Nonton Film

Pernah membayangkan nggak, kegiatan nonton film sekarang ini adalah salah satu ibadah penting dalam peradaban kita sekarang? Di lingkungan sekitar gw sendiri, gw sering denger kata-kata pembukaan seperti: "udah nonton anu (nyebut judul film --Red.)?" "nomat yuk!" "blanja DVD bajakan tar sore yah!", yang terucap dengan riang.

Lalu secara berjamaah ataupun sendiri-sendiri, kita mendatangi tempat ibadah itu, atau masuk ke kamar kita masing-masing untuk mempersiapkan sendiri upacaranya: ngambil DVD dari tas, nyalain player dan TV, masukin DVD-nya, pencet tombol sana-sini, lalu duduk anteng di hadapannya. Begitulah kalau melakukannya sendiri, lebih simpel.

Kalau nontonnya bareng-bareng, pahalanya lebih gede, karena ritualnya juga lebih ribet. Kita mesti datang ke lokasi setelah bermacet-macet di jalanan, trus "melegalisasi diri" dengan membeli tiket agar kita bisa masup dengan sah ke tempat ibadah itu. Seringkali, untuk membeli tiket ini, kita harus berdiri beberapa puluh menit dalam antrean tertib di depan loket. Memang rada meletihkan, tapi wajah kita berseri-seri. Kita saling bertegur sapa atau bersalam-salaman kalau bertemu dengan seseorang yang kita kenal. Kadang salah satu dari kita sambil sibuk nelpon-nelpon atau mainin SMS ("Aku lagi di KC bareng anak2 say, mau ke sini nggak?")

Sejauh mata memandang, ada canda dan tawa yang ceria di sana. Ada yang datang sendirian, ada yang berombongan dengan teman-teman gaul, ada yang berpasang-pasangan, ada juga satu "keluarga sakinah" yang lengkap. Semua mengguratkan wajah bahagia. Kebanyakan berpakaian rapi bagus2, jarang-jarang yang gw liat cuma pakai daster, piyama, ataupun kain sarung.

Nah, dalam sesi beli tiket ini, ada satu aspek penting yang mesti diperhatikan: milih posisi duduk dan ruangan yang tepat untuk melakukan ibadahnya nanti. Biasanya, tempat favorit adalah paling belakang, karena makin ke belakang, makin besar pahala yang bakal kita dapat.

Setelah break sejenak dari ritual pembukaan, kita boleh ngapain aja: nongkrong di tempat minum yang disediain, mainin game, atau ngobrol sendiri-sendiri sambil melihat-lihat jadwal ibadah yang disediakan penitia "ibadah 21" itu.

Okay, akhirnya kita pun masuk dan duduk di bangku yang telah kita incar tadi. Posisinya menghadap altar berupa bentangan layar putih di depan sana. Semuanya harus tertib dan tenang, pandangan fokus ke depan. Kalau ada godaan, misalnya berupa adegan menarik yang dilakukan sepasang anggota jemaah lain di sebelah kita (gw pernah liat di Djakarta Theater; yang cewek sampai lepas2 kancing baju atas!), sebaiknya kepala kita nggak usah tengak-tengok. Itu adalah godaan yang akan mengurangi nilai ibadah kita.

Handphone sebaiknya dimatikan. Hening, tak boleh mengganggu kekhusyukan para anggota jemaah lainnya dengan berteriak-teriak seenaknya. Kalaupun ingin tersenyum ataupun tertawa terbahak-bahak, atau bertepuk tangan, kita harus melakukannya bareng-bareng sesuai aturan. Ketika adegannnya lagi sedih dan kita disuruh diyem, misalnya, jangan pernah kita ngakak kenceng-kenceng sendirian sambil teriak: "Hajaaar bleh!" Kalau itu kita lakukan, maka orang-orang di sekitar bakal melotot ke arah kita, atau menyilangkan telunjuk di depan bibir: Ssstttt!!

Sebuah ritual yang aneh, memang. Tapi itulah yang bisa kita lakukan biar nggak tercerabut dari lingkungan gaul. Sepulang dari situ, kebutuhan visual terpenuhi, otak penuh dengan analisis ini itu, kalimat-kalimat cerdas yang bakal kita lontarkan untuk pembahasannya dalam obrolan nanti. Ah, ibadah terlaksana dengan tertib dan lancar, dan kita bisa pulang ke rumah dengan girang, sebagai sosok yang lebih religius.


Post-script:
* Gw tadi sebenernya ingin bikin postingan resensi film Superman yang baru itu, biar kompak ama blogger2 lain. Tapi tiba-tiba gw keinget bahwa gw belum liat filmnya. Dan film terakhir yang gw tonton adalah: Omen --jelek, karena gw udah apal plot-nya duluan dari novel and gak dapat apa2 di versi barunya itu! Auk ah!

Monday, July 03, 2006

anarki


Ada sebuah cerita tentang anarkisme yang gw inget pernah gw baca di Net, di sebuah situs black flag yang sangat anarkis. Begini...
Setiap malam, kamu membawa kendaraanmu lewat sebuah perempatan yang lampu lalu lintasnya menyala 24 jam. Selepas pukul sepuluh malam, perempatan itu selalu sepi, dan nggak pernah dijagain polisi. Dan semua orang tahu: belum pernah sekali pun ada pelanggar lalu lintas ditangkap di tempat itu pada jam segitu! Maka di tempat itu pada jam segitu, orang-orang selalu saja mengabaikan lampu lalu lintas.
Tapi kamu selalu berhenti setiap lampu merah menyala, biarpun nggak ada mobil lain melintas.. Karena kamu mengikuti "kode moral" yang kamu yakini sendiri kebenarannya bahwa lampu merah nyala artinya berhenti. Karena kamu nggak peduli dengan konvensi yang dipercayai para pengendara lain di situ. Karena... kamu adalah seorang ANARKIS!
Seperti itulah definisi tentang anarkisme, yang memang beda dibandingin arus besar yang selalu mengidentikkan anarkisme dengan kerusuhan, dsb. Bahkan, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi III (2002) mendefinisikan kata "anarki" dengan: 1 hal tidak adanya peraturan, undang-undang, ketertiban; 2 kekacauan dl suatu negara (halaman 44).

Ribet, aneh ya? Nggak papa lah, kamus kan bukan ciptaan Tuhan, hihi.. Kalau masih penasaran, silakan search sendiri artinya. Sekarang, dalam kerangka pemikiran yang sebelah atas itu, apakah gw seorang anarkis?

Gw lebih suka bilang TIDAK!