Wednesday, December 27, 2006

Aturannya: Jangan anggep serius aturan-aturan ini!

Yap, ini gw translet dari suatu tempat yang tak perlu gw jelaskan. Lumayan menghibur menurut gw. But.. don’t be tricked! Gw aja dari kemaren berusaha untuk nggak percaya dengan ini semua, huahaha….


  1. Jangan memberikan pendapat ataupun nasihat, kecuali diminta.

  2. Jangan ceritakan masalahmu ke orang lain, kecuali kau yakin mereka mau mendengar.

  3. Ketika bertamu ke tempat orang, perlihatkan rasa hormatmu, kalau tak bisa jangan ke sana.

  4. Jika ada tamu yang membuatmu jengkel, perlakukan dia dengan keji dan tanpa ampun.

  5. Jangan melakukan tindakan seksual kepada seseorang, kecuali dia sendiri memang memberikan sinyal.

  6. Jangan mengambil apa yang bukan menjadi hakmu, kecuali barang itu membebani seseorang dan dia memohon kepadamu agar dibebaskan darinya.

  7. Akui saja kekuatan yang sihir yang kau miliki, seandainya kau memang pernah berhasil menggunakannya untuk meraih keinginanmu. Jika kau mengelak setelah mengambil manfaatnya, maka kau akan kehilangan semua yang kau raih itu.

  8. Jangan berkeluh kesah tentang apa pun yang tak ada urusannya denganmu.

  9. Jangan membahayakan anak-anak kecil.

  10. Jangan membunuh binatang-binatang non-manusia, kecuali kau diserang atau sedang butuh makan.

  11. Ketika berjalan di wilayah terbuka, jangan mengganggu orang lain. Jika ada yang mengganggumu, mintalah supaya berhenti melakukan itu. Jika dia tak mau berhenti, hancurkan.

Friday, December 15, 2006

Menikah adalah…


Oops.. jangan dulu salah mengartikan bahwa saya berencana menikah beberapa hari lagi! Saya cuma tergerak oleh berbagai isu yang belakangan menyebar soal origami si Aa Gymn dan kasus film bokep gagal anggota DPR itu. Lalu tiba-tiba terlintas dalam benak saya, berbagai teori asal-asalan dari orang-orang sekitar tentang perkawinan.

Dan percayalah, sampai detik ini, saya nggak menempatkan diri pada posisi pro atau kontra terhadap lembaga perkawinan. Sebagai orang yang skeptis terhadap segala teori --termasuk kata “skeptis“ itu sendiri—saya lebih ngerasa nyaman di posisi outside outsider. Dan.. sebagai “tradisionalis termarginalkan” yang percaya takhayul, saya takut kemakan omongan sendiri jika sewaktu-waktu terjadi kejadian luar biasa yang jarang terjadi. Biarin aja hidup mengalir. Di sini saya cuma ingin berbagi kebingungan dengan kalian semua, hihihi…

Pertama-tama, saya teringat dengan penyelidikan seorang teman saya tentang asal-usul tradisi perkawinan. Di tulisannya yang sekarang entah ditaruh di mana itu, dia sangat detail menjelaskan tentang asal-usul pernikahan. Dibilang, upacara perkawinan itu berasal dari tradisi pagant berbagai suku bangsa purba. Pernikahan diciptakan untuk menjaga harmoni di antara masing-masing anggota suku. Biar nggak terjadi saling gebet antar-tetangga secara brutal, gitu kali yah.

Biar lebih adil, saya coba memaparkan definisi perkawinan dari berbagai sudut pandang yang berbeda:

Kelompok konservatif:

Perkawinan adalah perilaku reproduksi yang diwajibkan oleh agama dan dilegalkan oleh negara. Apa pun hasilnya, sebaiknya kita menikah dengan lawan jenis. Beberapa negara Eropa mengakui perkawinan sesama jenis. Beberapa lainnya cukup melegalkannya dengan menciptakan status “domestic partnership” buat pasangan resmi gay atau lesbian, selain “married” buat pasangan heteroseksual. Tapi kebanyakan negara, termasuk Indonesia, melarang perkawinan sesama jenis. Tambahan poin: sebaiknya pernikahan dilakukan cukup dengan satu pasangan. Perkawinan dobel hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah mencapai level advanced, yang bercita-cita mengejar bonus pahala, jackpot surga... ah, no comment!

Tengah-tengah:

Menikah adalah salah satu fase dalam kehidupan manusia. Lebih menyempit lagi, salah satu bagian dari proses menjalin hubungan dengan pasangan kita. Di sini, kita sering mendengar kata-kata “melangkah ke jenjang perkawinan”, yang artinya kita melangkah ke anak tangga berikut yang lebih tinggi derajatnya, selepas periode pacaran misalnya.

Saya pun jadi membayangkan, mungkin kejadiannya mirip dengan pas kita menaiki anak tangga di Candi Borobudur. Makin ke atas, makin nggak menarik gambar-gambar reliefnya. Mungkin, itu pula yang ada dalam benak beberapa kawan yang sudah menikah: Kenapa pasangan gue nggak secakep waktu pacaran dulu? Kenapa dulu bergandengan tangan, sekarang empat meter di depan dan empat meter di belakang? Kenapa selingkuhan lebih “nyetrum” daripada pasangan resmi? Dan sebagainya.

(Dari situ, kaum pesimis memberikan definisi ini: menikah itu seperti menonton pertunjukan sirkus yang garing dan membosankan. Setelah keluar dari arena pertunjukan, kita ditanya seseorang, “Bagus nggak sirkusnya?” Jawab: “Bagus banget, masuk ajalah!” Satu lagi, orang ketipu, hihi..)

Bisa jadi, mereka adalah orang yang gagal melihat keindahan non-fisik di jenjang yang lebih tinggi. beuh!!

Oportunistis:

Perkawinan adalah legalisasi hubungan seks. Penganut aliran ini menganggap surat nikah sebagai semacam STNK buat kendaraan bermotor. Dengan menikah, kita bisa bebas bercinta di mana saja tanpa takut kena razia. Tentu saja nama kita dan pasangan kita harus sesuai dengan yang tertera di surat. Dari sini muncul berbagai persoalan tentang mobil tanpa STNK, surat palsu atau nembak, nyewa taksi, omprengan. Ada juga jenis kendaraan pelat kuning, yang bisa kita naiki kapan saja, tanpa perlu ada urusan dengan STNK...

Feminist

“Menikah adalah melacur dengan kontrak seumur hidup.. “ Kata-kata ini pernah dikutip teman saya. Sangat fokus, nggak perlu penjelasan panjang lebar. Tapi menurut saya sendiri, jadi pelacur abadi atau pelacur temporer itu hanyalah soal pilihan hidup, urusan pribadi kita, rahasia kita berdua, hihi... (kapan2 kita perjelas yak!)

Ada yang kurang dari semua itu kan? Saya juga berpikir demikian! Dan sekarang saya terlalu capek, mata udah mulai nggak kuat buat terus melek.

Friday, December 08, 2006

Goodbye to Smack Down...


Gw kehilangan pertunjukan bagus itu: Smack Down! Sangat mengecewakan, karena tontonan itulah yang sering menemani gw pada jam-jam insomniac, sekitar tengah malam, di mana nggak banyak acara TV yang bagus. Gw suka dengan cara mereka berpakaian warna-warni, bentuk tubuh mereka yang "penuh daya hidup", kelenturan tubuh, kebugaran fisik, dan retorika mereka yang kadang lucu dan cerdas.. lebih memikat dari debat kusir para politikus dan para artis di infotaintment. Bener-bener hiburan yang sehat!

Tapi, setelah beberapa kasus kecelakaan yang menimpa beberapa bocah kecil, pihak berwenang menyimpulkan bahwa tontonan itu menyajikan adegan kekerasan yang merusak mental generasi penerus bangsa. Lalu, acara itu dicerca sana-sini, dan berbagai stasiun televisi pesaing dengan girang menurunkan laporan tentang keburukan Smack Down. Acara itu pun akhirnya dihentikan. Rada mengherankan! Bangsa yang memuja kepura-puraan, tiba-tiba saja antipati terhadap acara gulat pura-pura seperti ini! Argumen gw terlalu filosofis ya??

Gini aja deh, gw akan menunjukkan beberapa poin penjelas:

1. Bocah-bocah kecil itu memang mengalami patah tulang setelah meniru-niru adegan Smack Down. Tapi terlihat, kebanyakan mereka menontonnya dari kaset VCD bajakan yang bisa mereka beli cukup dengan menyisihkan duit jajan 5.000 perak. Kalaupun mereka begadangan di tengah malam buta cuma buat nonton acara itu, siapa sebenarnya yang patut disalahkan? Seandainya film Teletubbies yang lebih mendidik itu diputer jam 12.00 malam, apakah cukup bijak membiarkan bocah-bocah kecil nongkrong di depan TV pada jam segitu?

2. Karena perkembangan hormon dan keingintahuan, anak-anak cowok cenderung lebih gampang tertarik pada adegan yang penuh olah fisik. Mereka cenderung suka meniru-niru tokoh pujaannya. Dan secara orangtua mereka nggak punya tongkrongan fisik yang membanggangkan, maka mereka mengalihkan kekaguman mereka ke atlet-atlet Smack Down itu. Buat mereka, para atlet yang badannya atletis kekar, kadang berambut gondrong, itu lebih keren dibandingin ama bokap mereka yang kepala botak, perut gendut kek Teletubbies, ituannya kecil pula.. (maap nyontek gambar video DPR itu, hihi..) Jadi, kenapa nggak berusaha menjadikan diri sebagai idola anak-anak mereka sendiri?


3. Okay deh, Smack Down itu penuh kekerasan. Anak kecil belum punya filter bagus untuk membedakan mana yang serius mana yang enggak, jadi setiap nonton musti didampingi orangtua mereka. Gw sepakat dengan logika ini! Tapi, mengajak anak kecil untuk mendampingi orangtua sewaktu mereka nonton adegan maling digebuki massa, pendemo ditonjokin aparat, artis cowok ditimpuki pake sandal oleh bintang pilem cewek.. adilkah itu?? Ah, bisa jadi.. anak-anak kecil punya kearifan tertentu, sehingga mereka nggak mendemo stasiun televisi ketika mendapati orangtua mereka berantem, selingkuh, atau nikah dobel.

Life goes on. Di Tanah Air, hebohnya langsung tenggelam oleh berbagai isu lain yang tak kalah ajaib. Stasiun televisi itu dengan sukarela mencopot Smack Down dari menu acara, tanpa memberikan apologi panjang lebar... tanpa menunggu peraturan pemerintah yang melarang pegawai negeri sipil meniru adegan Smack Down, huahaha...

this anon...


Once there were cheerfulness..
glamorous gig under the crescent moon
But Dark and dismal is now I see it



Thursday, November 30, 2006

Turbulensi verbal*

Malem itu, gerimis jatuh dengan ogah-ogahan… membasahi tanah Jakarta yang lagi megap-megap mengharap kemarau segera berakhir di ujung bulan November yang meletihkan ini. Gw rebahan sendirian di kamar kos-kosan. Gw capek setelah dua hari kurang tidur, dua malam begadangan sambil membaca baris-baris kalimat jelimet yang pada intinya hanya menyampaikan pesan sederhana: di dunia ini memang nggak pernah ada yang beres… “no news” is a good news.. simpel aja kaan?? Tapi, pemaparan fakta dan pilihan katanya memang bikin jidat para pembaca berkerut-kerut, dan gw yakin bahwa tampang mereka bakal bertambah tua lima tahun setiap selesai membaca satu artikel. (Saran gw: jangan pernah mau membaca koran atau majalah berita, kecuali dibayar kayak gw ini, hihi…)

Dengan mood yang sok-sok diterjang romantic agony, gw menatap kosong ke arah langit-langit di kamar ini, sambil sesekali menatap sedih ke berbagai perabotan yang ada di sini. Gw berkata dalam hati: “Kalaupun nggak ada batasan antara benda hidup dan benda mati, gw nggak akan menjadikan salah satu dari kalian sebagai soulmate!” Dan memang gw lagi teringat seorang temen yang hobinya berpacaran dengan gadget.

Akhirnya, gw nyalain TV dengan volume yang gw bikin mute sambil dengerin musik dari kaset Opeth yang baru gw beli sore sebelumnya. Gw pindah dari channel satu ke channel lainnya. Dan baru berhenti setelah nemu saluran yang memberikan kenyamanan visual. Memang itu kebiasaan lama yang sampai sekarang gw pertahankan: “nonton TV” dalam arti sebenarnya, tanpa harus mendengarkan ocehan para penyiarnya.

Di tayangan berita itu terlihat seorang bocah kecil yang umurnya sekitar 5 tahun, didampingi ibunya. Dia lagi duduk di pojokan sofa dengan kaki kanannya dipasangi gips. Di matanya yang innocent itu, terlihat dia lagi menahan perih. Lalu nongol tagline di bawahnya: “Korban Smack Down”. Lucu banget kan?? Serius, gw sampai ngakak sendirian ngeliatnya, hihi.. Dan memang, sebenarnya dari tadi niat gw adalah bikin postingan tentang Smack Down itu, tapi… prolognya kepanjangan dan melebar ke mana-mana, (pake lead “Malam itu gerimis..” pula). Huh!


* Maaf bahasanya kaku, soalnya dah lama gak bikin postingan gara2 setiap ngeliat muka gw sendiri di webpage ini otak gw tiba2 jadi beku...


Sunday, November 12, 2006

Thursday, November 09, 2006

Please allow me to introduce myself (3)


Dalam "A Memorable Fancy", penyair Inggris William Blake bilang: "If the doors of perception were cleansed every thing would appear to man as it is, infinite." (Marriage of Heaven & Hell, 1793). Kata-kata itu kemudian dikutip oleh novelis Aldous Huxley menjadi judul sebuah buku: The Doors of Perception (1954). Nah, buku tersebut kemudian dibaca oleh Jim Morison, yang kemudian membuat band dan menamainya dengan... The Doors!

Lalu, judul blog ini ngutip dari mana? Secara gw bukan seorang kutu buku macam Jim Morison, proses penjudulannya nggak seribet itu lah. Pertama kali bikin dulu, judulnya adalah "Midnite X-Press". Tapi seorang temen buru2 bilang bahwa dia pernah membaca kata-kata itu tertulis di tutup roda becak yang diparkir di sebelah tukang buah di sebuah pasar buah di Solo, Jawa Tengah... (mampuss, panjang & ilmiah!). Nggak orisinal lagi jadinya. Maka, kata "Beranda Malam" pun terlintas di benak gw. Dan, akhirnya, atas pertimbangan tipografis dan feng-shui, huruf "B"-nya gw ganti dengan "K".

Terus, mentang-mentang judulnya pake "keranda" dan "malam", maka layout gw bikin serba gelap, berbau "kematian", dan sebagainya? Apakah itu artinya, di kehidupan real gw adalah seorang pemuja kematian, pengagum iblis, kandidat dajjal, maniak sadisme, inspirator Sumanto, brutalizer, metalizer, equalizer, synthesizer... atau aktivis politik, pengacara, dukun cabul, wartawan bodrek, bandar narkoba, pedofil, oediphus complex, dan tindak kekerasan lainnya? Tidak. Gw adalah orang biasa yang menjalani hidup dengan biasa-biasa aja....

Ada penjelasan tersendiri yang panjang lebar, tapi bakal bikin capek. Seperti pas gw dulu ditanya oleh seorang reporter tivi: "Mas kenapa suka yang gelap-gelap?" Gw memerlukan waktu beberapa menit sebelum bisa buka mulut. Menurut gw, itu pertanyaan menjengkelkan dan nggak penting buat dijawab. Mirip-mirip dengan pertanyaan "kenapa bulet itu identik dengan sexy?", atau yang lebih ribet lagi: "si Bush datang ke Bogor orang pada ribut, padahal gw pas berkunjung ke Solo kemarin orang sono pada tenang2 aja.. kenapa ya?" Nggak penting dijawab kan!

Sekali lagi, "If the doors of perception were cleansed every thing would appear to man as it is, infinite."

Wednesday, November 01, 2006

Liburan di Rumah Nenek


Solo (sebenernya lebih tepat ditulis "Sala") adalah sebutan lain dari Kota Surakarta, salah satu bekas pusat kerajaan Java yang terletak di tengah-tengah rada timur Provinsi Jawa Tengah. Rada gerah kalau siang, suhu udara rata-rata 38 derajat Celcius. Kotanya bersih, mirip-mirip layout Blogdrive. Jalanannya gede-gede dan mulus. Populasi, tingkat pendapatan, dan sebagainya? Gw nggak tau! Yang jelas di situ udah berdiri beberapa mall gede-gede, sementara jumlah keratonnya dari dulu cuma dua, hihi..

Dan yang bikin gw rada geli, di Solo udah ada distro, factory outlet, toko-toko branded. Bayangin aja: cewek2 di situ pada ngantri panjang di depan BreadTalk sambil pake kebaya and kemben... unik kaan (namanya juga gw lagi ngibul!)

Di situlah gw kemarin menghabiskan liburan. Gw berharap bisa nemu hal-hal baru di kota ini, tapi ternyata pemandangannya sama aja kayak tahun-tahun sebelumnya: lalu lalang motor dan mobil-mobil berpelat nomer B di sekujur kota, bikin macet jalanan. Klise banget. Petentang-petenteng mirip sebatalyon pasukan tempur yang pulang dari medan laga. Atau tepatnya, segerombolan allien yang menginvasi kota. Atau lebih tepatnya lagi, mirip penduduk Jakarta yang tiap Sabtu-Minggu menginvasi Bandung (?).

Yang sering terlihat: mereka, rombongan-rombongan keluarga itu, berjejal di tempat-tempat penjual makanan dan melahap habis semua yang tersedia di meja. Berisik.. Rusuh... Chaos.. Benar-benar mengerikan! But we need a kinda self-actualization, rite?

Terus gw sendiri ngapain? Seperti udah gw jelaskan dulu, gw ke situ adalah dalam rangka iseng. Larut dalam arus mudik-balik buat menggali cerita-cerita menarik dari mereka, trus gw berharap sesampai di kampung halaman bisa ketemu orang-orang yang gw ingin ketemu. Dan akhirnya memang gw berhasil menemui beberapa di antara mereka... tambah manis-manis kok mereka (lhah???) Yang penting lagi, ziarah, ketemuan dengan adik-kakak, para ponakan, dsb. Juga nengokin bekas rumah ortu yang ternyata spesies memedinya mayan banyak, yakni gendruwo, pocong, ama mbak kunti yang cantik itu....!



pst-scrpt:

* Cerita yang lebih bener akan gw upload kapan-kapan, kalo gw udah gak capek... sekarang gw lagi kena lag, baru dateng dari perjalanan itu.

* Postingan ini sekadar buat setor muka...:D... Buat menangkis gosip yang sementara ini beredar bahwa gw pulang kampung adalah dalam rangka mau dikawinin, huuu...

Friday, October 13, 2006

Parcel!

Gw termasuk yang nggak setuju dengan imbauan (kalau memang benar) untuk nggak ngasih2 parsel Lebaran. Meskipun bukan pejabat publik, gw juga punya pengalaman dikasih parsel Lebaran seperti itu. Ada perasaan yang meluap-luap pas kita menerima bingkisan yang di situ tertera nama kita. Kemasannya mengagumkan, ukurannya juga gak pernah kecil-kecil amat (gw memang suka yang gede2 kok, hihi..).

Ada keasyikan tersendiri manakala kita membongkar-bongkar isinya. Adegan buka-bukaan seperti ini memang kadang lebih menarik daripada kegiatan intinya. Dan maaf, berhubung sekarang lagi bulan puasa, gw nggak akan memperjelas dengan ilustrasi yang nyerempet-nyerempet film semi-bokep!

Yang paling penting, kita tahu ada orang-orang di luar sana yang rela meluangkan sedikit waktu, tenaga, dan biaya demi perhatiannya kepada kita.

Pemborosan? Enggak lah. Semua kegiatan yang memberikan nilai tambah (value added) itu mestinya patut kita hargai. Contohnya ketupat. Kenapa berasnya harus dimasuk-masukin ke dalam casing dari daun kelapa yang dianyam? Sebelumnya, mereka mesti manjat-manjat pohon kelapa dulu buat ngambilin daun itu, jual-jualin ke pasar... itu kan buang-buang tenaga, ongkos juga kaan?? Dan setelah jadi ketupat mateng, nilai gizinya juga gak nambah2 amat! Paham?? Kalau kegiatan seperti itu kita larang, yang kesian kan saudara-saudara kita yang tiap tahun berjualan casing ketupat. Mau disuruh banting setir jadi penjual casing handphone, belum tentu juga mereka punya modal cukup.

Sarana menyogok? Nah ini dia! Soal korupsi atau sogok-sogokan itu cuma niat. Menyuap adalah message, dan kiriman parsel hanyalah salah satu dari sekian banyak vehicles. Menurut pengamatan gw, untuk kegiatan sogok-menyogok, amplop lebih populer daripada parsel. Contohnya, gw pernah liat sendiri: di kantin yang letaknya di bagian belakang salah satu gedung pengadilan negeri di Jakarta. Di kantin yang menghadap ruang-ruang tahanan sementara itu, salah satu commodity yang paling laris dan stoknya selalu banyak adalah... amplop!

Kantin itu mestinya kan cuma untuk berjualan makanan dan minuman. Bukan stationary, bukan terletak di kantor pos; dan gedung pengadilan itu sepertinya juga jarang-jarang disewa buat resepsi kawinan. Lalu buat apa si ibu2 itu berjualan amplop kalau memang nggak pernah ada konsumen yang beli?? Dan ah.. kalau memang juga laku, kenapa dia nggak sekalian berjualan parsel di situ!

Nggak sesuai dengan "budaya kita"? Nggak juga. Meskipun mengirim parsel tradisi impor, dan isinya kadang juga barang impor, ruh dari kegiatan kirim-mengirim parsel adalah mempererat tali silaturahmi di bulan yang baik ini.. (wuihh!!). Tradisi ini sepertinya meneruskan kegiatan kirim-kirim makanan antar-tetangga dan handai taulan, yang banyak kita jumpai dalam budaya kita pas Lebaran. Jadi kenapa musti suspicious?

Parsel itu haram atau halal? Berhubung belum ada fatwa dari lembaga resmi, maka gw akan mendahuluinya dengan menyatakan, haram atau halal itu tergantung niat dan items dalam parselnya itu sendiri. Parsel itu pada dasarnya halal. Dan baru bisa disebut haram kalau isinya mengandung minuman atau makanan yang diharamkan menurut ajaran agama, misalnya aneka minuman yang di botolnya tertulis Jack Daniel's, Chivas Regal, Black Label, Jim Beam.... upss. Stopp!!!


Wednesday, October 11, 2006

Pulang ato nggak pulang, that is the question.....


Home is the place where when you have to go there, they have to take you in.” Itu ditulis oleh Robert Frost dalam puisi berjudul "The Death of the Hired Man". Subject matter dalam puisi itu mungkin sama sekali gak nyambung dengan ketikan ini. Dan lagian, gaya aja kaan, ngobrolin mudik Lebaran pake ngutip2 puisi, hihi..

Begini, sekarang ini gw lagi tenggelam dalam kebimbangan serebral tentang perlu atau tidaknya gw berperan serta dalam rutinitas tahunan itu. "Ngapain mudik2 segala, kayak pembokat aja," kata temen gw si Roy. Lagian, gw sempat kepikiran juga gimana kalau nanti di tengah-tengah perjalanan itu ada pemudik lain yang berkomentar: gondrong kok mudik! Menyedihkan sekali bukan?

Dan secara gw udah nggak punya orangtua lagi yang masih hidup, masih perlukah kegiatan ini? Silaturahmi dengan para sahabat, saudara, ziarah rame-rame, pertemuan arisan dengan para kerabat segaris keturunan (sekadar buat aktualisasi diri, atau tepatnya buat meneduhkan diri "under the shade of family tree")... masihkah punya daya pikat? Masihkah ada "pulang" dalam pulang ke kampung halaman itu? Is there anybody to take me in? (Dan si Kunti yang dulu itu, masih suka kangen nggak ya sama gw?)

Mungkin, atraksi yang bakal menarik hanyalah perjalanannya. Capek, eneg, macet, dan sebagainya itu yang bakal lumayan menarik, lumayan bagus buat bahan postingan di blog ini juga hehe.. Dan itu juga yang bikin gw sekarang belom dapet mood yang tepat: pulang atau nggak yah?

* Judulnya ngutip kata-kata Prince Hamlet pas lagi bediri di depan cermin itu loh!

Saturday, September 23, 2006

Friday, September 15, 2006

Review Film II: Forces of Nature


Ini adalah film lama Sandra Bullock ama Ben Aflleck. Judulnya: The Forces of Nature. Temanya campur tangan alam dalam sekelumit kehidupan seseorang, yang dibalut dalam kisah romantic comedy. Ceritanya, si Ben (seorang jacket copy writer) lagi dalam perjalanan dari New York ke Savannah buat melangsungkan pernikahan dengan tunangannya, Bridget --yang dimainin ama... gw lupa soalnya nggak nge-fans ama tuh cewek.

Nah, dalam perjalanan, pesawat yang ditumpanginya nyungslep di bandara, dan sebuah laku heroik mendekatkannya dengan cewek yang duduk di bangku sebelah, Sarah (Sandra Bullock). Tuh cewek atraktif banget, gayanya sangat lively, dan mereka pun sempet flirty2an, nge-date lucu2 gitu di sepanjang film, sampai akhirnya di ujung cerita Ben balik lagi ke rencana semula: menikah dengan Bridget tunangannya (sekali lagi gw masih lupa nama pemerannya loh!)

Yang menarik dari film ini adalah: subject-nya sekilas rada mirip dengan yang gw alami beberapa tahun lalu. Kebetulan juga profesi gw di dunia nyata adalah copy editor, jadi mirip2 kaan ama si Ben itu.. sama2 mengandung copy hehe (tapi beda rejeki yang jelas!)

Ceritanya gini. Waktu itu gw dalam perjalanan Jakarta-Solo (mirip2 kaan ama New York-Savannah??) dengan kereta Argo Lawu, buat ziarah ke makam ortu. Pas kereta masih di Stasiun Gambir, gw lihat di depan sana: seorang cewek ciuman goodbye ama cowoknya yang berkepala botak dan miara tattoo buanyak. Kayak adegan yang sekarang gw liat di film itu, waktu si Sarah kissing ama suaminya yang bertampang preman di bandara.

Gw liat sekilas aja, terus buang pandangan ke luar jendela sambil dengerin The Doors lewat walkman. (Waktu itu gw lagi down jadi tampang acak2an mirip Jim Morison waktu patah hati) Nah, pas kereta udah mo jalan, tiba2 tuh cewek berdiri di sebelah bangku. "Boleh saya duduk di sini," katanya sambil nunjuk bangku kosong di sebelah. Banyak bangku pada kosong, tapi kenapa milih di sini? Biarin ah, mayan juga ada temen ngobrol. Dan gw liat, rada manis juga dia (biarpun lagi bete gw tetep konsisten ganjen kok). Gw cuma ngangguk sambil nyengir dikit, dengan gaya yang sok jaim gitu deh. Lalu dia pindahin barang bawaannya dari dua bangku di hadapan gw.

Bangsa lima menit, cewek itu mulai angkat bicara. Biasa aja, ngobrolin cuaca, haaha.. Nah gw mulai meratiin dia: kulit putih, mata rada sipit, rambut lurus panjang, celana jins belel, sepatu converse biru ama merah, jaket warna merah, tas dorong yang ada rodanya. Dia buka resleting kantongan yang ada di tas itu, ambil beberapa tablet trus dia minum sekaligus. Wah! Enggak.. ternyata itu cuma obat batuk dsb. Dia lagi flu ceritanya (pantes suaranya serak2 basah gitu.)

Karena dia bilang jadi ngantuk, maka gw persilakan dia duduk di bangku gw sebelah jendela, biar gak ribet soalnya gw kan suka mondar-mandir ke ujung gerbong buat ngerokok. Dan dia pun tertidur pulas dengan muka ditutup kertas tabloid Nova.

Selang beberapa jam, sewaktu gw balik dari ruang merokok itu, dia udah bangun sambil ngunyah2 kacang bawang. Dia tawarin kacang itu berikut aneka kueh2 kecil yang ternyata banyak juga dia bawa dari rumah. Pantes tasnya gede banget penuh gitu! Bandingin ama ransel gw yang cuma ukuran sedeng (isinya tiga setel pakaian ama sekardus celana dalem kertas). Di situ, akhirnya kita berkenalan. Tukeran kartu nama. Saling berjabat tangan kayak di film-film....

Eehh, trus mana kemiripannya dengan film yang tadi kita review???? Begini loh adek2... abis berkenalan, si cewek itu cerita bahwa perjalanannya ke Solo adalah dalam rangka berunding dengan ortunya soal rencana pernikahan dia ama cowok botak bertattoo yang tadi. Tuuh, mirip2 kaan? Ada acara nikah2an juga! Bedanya, di film itu si Ben adalah cowok, sedangkan di gw yang mau menikah itu cewek. Maksa ya? Biarin aja suka2 gw lah.

Kembali ke cerita tadi, ternyata dia asyik juga diajak ngobrol. Nyambung. Kita sama2 suka mencela keadaan sekitar. Ngeledekin selera desain taplak bangku depan kita; mas2 egois di depan sana, yang enak aja makan sebungkus kacang mede sendirian tanpa menawari cewek di sebelahnya (padahal gw tau pasti bahwa yang mbayari kacang mede itu adalah si mbak2 itu, 17 rebu ditawar jadi 15 rebu gitu deh); lalu juga sepasang bapak2 ama ibu2 di belakang kita yang mulai bete gara2 kita kebanyakan ngakak...

Nggak kerasa akhirnya kereta sampai juga di Stasiun Balapan Solo. Di pintu keluar kita disambut kerumunan bapak2 tukang becak yang nawarin jasa dengan bahasa Jawa halus banget. Gw, yang tiba2 jadi ngerasa kayak artis yang lagi dikerumunin wartawan infotainment, cuma bilang: "No comment!"

Lalu kita pun berjalan rada jauh. Dia menyeret-nyeret tas rodanya, sementara gw jalan rada berjingkat2 di sebelahnya dengan gaya turis backpacker sambil longak-longok nyari kendaraan. Ah, nemu akhirnya.

Kita nyewa satu taksi buat berdua. Rencananya, dia turun duluan di rumah ortu-nya, gw belakangan. Gak masalah sih, wong kebetulan banget rumah ortu dia itu di kelurahan sebelah, deket banget jadinya. Sipp lah. Gw drop dia di rumah yang di depannya ada pohon cemara bagus. Gw liat dari dalam mobil, dia lari ke arah nyokapnya yang lagi menyapu di halaman. Cium tangan terus berpelukan. Abis itu, dia melambaikan tangannya ke gw, dan taksi pun muter balik.. gw pulang! (Si sopir taksi rese nanya: "Mas pacarnya? Kok nggak turun?" Gw bilang: "Bukaan.. saya baru ketemu tadi di kereta.")

Udah segitu doang? Enggaak! Dua hari kemudian, gw maen ke rumah dia sambil bawain titipannya: susu segar campur sirup stoberi ama cemilan2nya (gw beli dari warung tenda yang memang banyak benget jumlahnya di Solo.) Gw dateng ke situ selepas isya --kebetulan malem Minggu jadi bisa ngobrol panjang. Kita duduk2 doang di teras rumah itu. Ngobrol bersenda gurau. Gw lupa detail isi obrolannya yang ngalor ngidul, yang pasti gw pulang lewat 12 malem.. udah diteriakin ama satpam di kompleks itu,,, dan seterusnya......

Humm, sekarang gw kehilangan jejak dia. Sekembali di Jakarta, kita kembali menjalani hidup kita masing2. Bisa jadi, sekarang dia lagi menimang bayi lucu hasil pernikahannya dengan si botak ber-tattoo itu. Gw pernah nyatet nomer telponnya, tapi kehapus soalnya gw lupa ngapalin namanya, antara hurup "a" ama "i". Dan pasti juga dia gak tau nomer telpon gw yang sekarang, soalnya udah ganti2. Dia bilang waktu itu, sebulan ke depan dia pindah ke tempat kerjanya yang baru. (Terakhir kita ketemu pas dia nyamper ke kantor gw.)

Dan gw nggak ada niat buat mencaritahu tentang keberadaan dia sekarang, walaupun gw sempet denger dari seseorang, dia bekerja di kantor yang menempati sebuah gedung di Jalan Gatot Subroto. Pertemuan kami itu adalah force of nature, cuma semacam pergantian cuaca tiba2 yang menginterupsi di tengah perjalanan pendek yang kita jalani.

Semacam hujan yang datang tiba-tiba manakala kita hendak menuju rumah tetangga kita, sehingga kita terpaksa berteduh sejenak atau ngapain ajalah sebelum kita melanjutkan perjalanan itu. Banyak banget kejadian seperti ini dalam kehidupan kita kan? Memories remain, the details fade away... but life must go on, gitu kan? Embuh lah.



Catatan:
Maapin aye yee.. sekali ini gw nggak fokus. Resensi pilemnya cuma dua paragrap trus berhenti, lainnya curhat pribadi. Gpp kaan, namanya juga cuma blog, hihi..

Friday, September 08, 2006

Eclipse

Si Lina, the runaway girl itu, abis nangis2 di telepon soal dua temennya yang sekarang menjauh. Okay deh, gw kenal mereka beberapa bulan lalu. Kadang mereka (berempat) mampir ke tempat gw. Dan karena mereka cukup sopan, gw terima mereka dengan tangan terbuka. Cuma ngobrol2, cerita, curhat.. mungkin mereka lihat gw memang cocok dijadiin semacam penasihat spiritual, hihi..

"Jangan kaget ya," katanya beberapa saat kemudian. "Mereka lagi rajin ngider nyari om-om, buat ngumpulin duit. Si Dina itu kan kerjaannya getu. Dia lagi pengen ke Medan nyusul pacarnya, jadi butuh ongkos gede!"

Gw nggak kaget, gw kan punya indra kelima setengah! Dan telepon barusan itu cuma salah satu dari banyak kejadian yang bikin hari tambah muram aja. Yang boleh dicatat, sudah semingguan ini gw ngerasa ada yang aneh di lingkungan sekitar, orang-orang di sekitar gw... Ada yang salah kayaknya!

Gaya tarik bulan purnama?? Ataukah memang bener kata bapak2 yang lewat depan kos2an semalem: "Sekarang adalah saatnya para arwah diberi dispensasi untuk turun ke bumi... jadi unsur negatif ama positif saling bertabrakan! Menimbulkan kegalauan di antara kita." Nah, pasti banyak yang nggak setuju kan? hahaha..

Selanjutnya adalah gerhana bulan, yang ternyata cuma seperdelapan... Jim Beam di atas atap gedung yang bikin puyeng sampai sekarang!


notes:
*Pink Floyd's quote
*Kejadiannya beneran, tapi semua nama yang dikutip itu samaran, jadi maap kalo mirip2 dengan kalian!

Saturday, August 26, 2006

Lumpurnya kenapa??


Dari blogwalking, liatin blog temen2 lain, gw sedikit banget nemu yang ngobrolin soal lumpur Lapindo itu. Nah di situ gw mikir, kenapa nggak seperti ketika gempa dsb kemarin? Itu kejadian kan lumayan gede magnitude-nya. Menyangkut aset trilyunan rupiah. Dan meskipun jumlah korban jiwa relatip dikit, jelas kejadian ini merupakan terror mental pula buat saudara2 kita yang tinggal di lokasi itu, yang nggak kalah ingar bingar dibandingin dengan kejadian di Jogja kemarin.

Luas wilayah luapannya juga terus bertambah. Surabaya aja katanya terancam bisa kena luberan nanti, jika hujan buru2 datang sementara urusan penanganan belum beres. Dan menurut salah satu tulisan di blog itu, Surabaya terancam kehilangan kesempatannya untuk menjadi ibu kota pengganti seandainya kelak Jakarta jadi luluh lantak kena bencana alam (serem gak lo!!!) Jadi, kenapa nggak pada tertarik membahas??

Mungkin begini alesannya:

1. Peristiwa ini bukan bencana alam. Lebih banyak terjadi akibat inkompetensi operator pertambangan itu. Mother Nature nggak ikut disalahkan. Tuhan nggak dibawa-dibawa dalam teori "anugerah dan bencana" seperti yang terjadi setelah gempa dan tsunami kemarin.. lagunya Ebiet G. Ade juga nggak ada yang pas buat dipasang sebagai theme song dalam peristiwa ini, hihi.

2. Karena penyebabnya sudah jelas, melibatkan orang-orang yang jelas, nama2 penggede yang jelas, maka para korban bisa minta ganti rugi dengan besaran yang lebih jelas. Nggak perlu penggalangan dana, nggak banyak yang bediri di prapatan sambil bawa kardus bertulisan "sumbangan korban lumpur", nggak perlu demo.

3. Bantuan relawan asing juga nggak perlu. Teknisi asing gak usah diundang. Malu2in lah sebagai anak bangsa. Kita kan udah techie! Kalo cuma masang snubbing units dengan metode sidetracking dsb itu, orang kita juga jago kok (kemarin para petinggi perusahaan itu datang ke kantor gw buat men-display langkah penanganan yang mereka rencanakan loh.) Jadi tenang ajalah, everything is under control, kids! Liat aja panjat pinang 17 Agustusan itu, kita punya semangat juang yang tinggi.. tiangnya yang sekecil itu jarang2 ada yang ambruk (argumentasi gak nyambung gpp namanya juga cuma blog, huahaha!)

4. Selain sebagai kekonyolan fatal dan terkesan serampangan yang mirip2 adegan di film Mr. Bean, gw nggak melihat kejadian ini dikait-kaitkan dengan unsur magis. Nggak ada semacam Mbah Maridjan yang bersemayam di tengah2 lumpur itu. Bencana itu juga nggak disebut-sebut dalam ramalan2 Mama Laurent atau Pak Permadi tempo hari. Ramalan Jayabaya juga gak bilang-bilang soal lumpur. Maka lengkaplah ketidakmenarikan itu.

***

Sekarang gw jadi keinget diskusi dengan temen gw si Cempluk dua hari kemarin: bagusnya diapain yah lumpurnya?

Lahan pertanian yang digenangi lumpur itu jelas jadi nggak produktif, meskipun gw denger para ilmuwan sedang mengupayakan cara untuk menetralisir unsur perusak dalam lumpur itu, misalnya memanfaatkan bacillus untuk menetralisir unsur metal. Lalu juga tentang produksi genteng dengan materi lumpur melimpah, yang konon kualitasnya jadi bagus. Tapi kebayang deh, dengan materi sebanyak itu jadi berapa ratus ribu genteng yah, capek banget pasti ngeliatinnya huahahah..

Akhirnya kita membahas cara yang lebih ribet untuk memanfaatkan limbah alami itu. Begini... Gw punya penggalan "kepala Gayatri" yang gw taro di atas CPU gw. Konon bongkahan itu adalah cuilan boneka terakota mainan favorit para abege jaman Majapahit. (Tapi ini versi bajakan!). Nah, mengamati itu, gw jadi keinget patung terakota serdadu Tiongkok itu. Keinget juga ama lumpur Lapindo. Dari hasil diskusi ama si Cempluk itu, kita sepakat: menarik juga kalau lumpur itu dijadiin material buat bikin patung para koruptor.


Tiap koruptor di Indonesia dibuatin patungnya dengan bahan lumpur itu. (Kalau ternyata materinya kurang karena populasi koruptor itu memang berjibun, yah ga usah ditutup aja sumurnya.) Terus, kita taro patung2 itu di sebuah tempat yang kita namain Museum Koruptor Indonesia (MUKRI). Niru2 museum lilin Madame Tussauds di Inggris itu.. aaargh udah ah, postingan ini kepanjangan!


Keterangan foto:

1. Tenang aja.. ini bukan di Sidoarjo. Gw comot dari situs Woodstock 1994.

2. Foto colongan dari situs berita.

3. Terracotta warrior. Patung serdadu China dari zaman Dinasti Qin (210-209 SM). Gedenya persis seukuran manusia. Coba deh kita bikin patung koruptor yang segede itu, huahaha..

Friday, August 25, 2006

Background music

CRADLE OF FILTH
Song: Nymphetamine (Jezebel Deva Fix)
Album : Nymphetamine [Special Edition] (2005)



Lead to the River Midsummer, I waved a ‘V’’ of black swans on with hope to the grave. All through Red September, with skies fire-paved, I begged you appear like a thorn for the holy ones.

Cold was my soul, untold was the pain I faced when you left me a rose in the rain. So I swore to the razor that never enchained: Would your dark nails of faith be pushed through my veins again?

Bared on your tomb, I’m a prayer for your loneliness. And would you ever soon come above unto me? For once upon a time from the binds of your lowliness, I could always find the right slot for your sacred key.

Six feet deep is the incision
In my heart, that barless prison
Discolours all with tunnel vision
Sunsetter
Nymphetamine
Sick and weak from my condition
This lust, this vampyric addiction
To her alone in full submission
None better
Nymphetamine

Nymphetamine, nymphetamine
Nymphetamine girl
Nymphetamine, nymphetamine
My nymphetamine girl

Wracked with your charm, I am circled like prey.
Back in the forest where whispers persuade more sugar trails, more white lady laid, than pillars of salt. Fold to my arms, hold their mesmeric sway and dance her to the moon as as we did in those golden days

Christening stars
I remember the way
We were needle and spoon
Mislaid in the burning hay


Bared on your tomb I am a prayer for your loneliness. And would you ever soon come above unto me? For once upon a time from the bind of your holiness, I could always find the right slot for your sacred key.

Six feet deep is the incision
In my heart, that barless prison
Discolours all with tunnel vision
Sunsetter
Nymphetamine
Sick and weak from my condition
This lust, this vampyric addiction
To her alone in full submission
None better
Nymphetamine

Sunsetter
Nymphetamine
None better
Nymphetamine

Nymphetamine, nymphetamine
Nymphetamine girl
Nymphetamine, nymphetamine
My nymphetamine girl

Numpang Iklan :">:"> (posted by Endah)

Sekitar tahun 2004 gue jatuh cinta... gue cari terus berita mengenai dia, gue liatin terus foto-fotonya.. gue banyak-banyak telpon nanya-nanya mengenai dia...

Pada bulan Juni 2005, akhirnya gue memiliki dia, gue udah bikin komitmen untuk selalu bersama dia. Ga akan ngelepasin dia, karena dialah pendamping hidup gue, yang selalu ngebantu gue. Ngebantu gue bikin tugas, ngebantu gue ujian, ngebantu gue nunjukin jalan kalau lagi nyasar-nyasar.

Tapi malam kemaren semuanya berubah, gue berniat untuk ngelepas dia. Gue sms semua temen-temen gue siapa yang mau nerima dia. Akhirnya gue umumin di sini, bahwa gue mau ngejual dia. So bagi yang berminat, gue mo ngejual PDA gue, HP ipaq 4150. Semua isi dusnya masih lengkap. Ada tambahan bonus Hard Casing, CD-CD Aplikasi.

Nih beberapa fitur yg bikin gue jatuh cinta sama dia:
Sexy
Wifi
Bluetooth
Infrared
Intel

Oh iya, OS dia Microsoft Pocket PC

Buat yang berminat hubungin Endah di 081383393768
tolong sebarluaskan yaaa...

Makasih :">:">:">



Test apa lagi nih!

Karena pikiran lagi mampet, gw terpaksa iseng ngikutin ajakan si gemblus Erween itu buat ngisi "test psikologi" dia. Gw ambil secara acak aja, karena gw bukan tipe orang yang percaya dengan takhayul psikologis semacam itu, hihi.. Berikut adalah hasilnya:


Tes Pasangan Ideal
Hasil Test
Seperti orang kebanyakan, kamu berdua condong ngegampangin lembaga perkawinan. Masalah tanggung jawab sama kesetiaan memang bukan problem lagi. Tapi jelas butuh waktu buat ngebangun suasana yang penuh kasih dan kehangatan.

Kommentar: tuuh kan gw adalah manusia biasa yang seperti orang kebanyakan! Soal lembaga perkawinan, memang gampang kok, tanya aja ama cewek2 di sekitar puncak itu hihihi.. BTW, kok "kamu berdua", gw ngisinya kan sendirian.. (goblok!)


Tes Kemampuan Psikis
Hasil Test
Kemampuan psikis anda superior dibanding kebanyakan orang. Kemampuan anda berkembang dengan pesat dan biasanya anda mengetahui pola pikir orang lain. Jangan biarkan kemampuan ini melemah. Terus asah dengan mencari tantangan. Sangat berguna dalam banyak pekerjaan.

Komentar: ah teori, sampai sekarang gw belom juga kaya2, huuuuu


Tes Personalitas
Hasil Test
Introspektif, Sensitif, Reflektif
Kamu lebih berpegang kepada diri kamu sendiri daripada orang lain. Kamu lebih suka menyendiri daripada menderita akibat ngobrol ngalor ngidul. Tapi hubungan pertemanan kamu kuat. Sebab kamu butuh keharmonisan juga. Kamu gak keberatan sendiri dalam waktu yang lama, dan sulit merasa bosan.

Komentar: kali ini tumben tepat. gw memang introspektif, sensitif, reflektif, kontemplatif, intuitif, iritatif.... Dan dalam kehidupan yang singkat dan bergerak cepat ini, kita kadangkala butuh waktu untuk menyendiri.. untuk alasan itulah, toilet merupakan salah penemuan penting manusia dari abad lalu (tuuuh kan gw memang reflektif, hihihi!)


Tes Profil Psikologi Anda
Hasil Test
Orang lain menilai kamu sangat heboh, emotional, dan impulsif. Orang lain juga menilai kamu mempunyai bakat memimpin, cepat mengambil keputusan walaupun tidak selalu tepat. Mereka menilai kamu sebagai seseorang berjiwa petualang, suka mencoba hal-hal baru dan dan selalu mencoba mengambil kesempatan yang ada. Orang lain senang berada di sekitar kamu, karena kehebohan kamu.

Komentar: masak??? gw biasa2 aja kok.. tergantung situasi aja. Tapi sebagai mahluk bumi yang biasa2 aja, kadang2 gw memang ngerasa ribet hidup di planet allien ini.


Tes Kecenderungan Untuk Selingkuh
Hasil Test
Kemampuan selingkuh kamu sangat menakjubkan. Berbohong merupakan bakat alami kamu. Ingat aja kalau semuanya akan berbalik menyerang kamu. Ada pepatah yang mengatakan, "buntut yang besar akan lebih sering terinjak".

Komentar: oke dibilang apa aja gw mau. Tapi berbohong?? Gw ngisi test itu dengan sejujur-jujurnya!! gimana bisa dituduh gw berbakat bohong! Kalo gw memang pembohong, gw akan ngisi yang bagus2 doang biar hasilnya: "kamu adalah tipe pecundang yang sangat setia dunia akhirat, dan kelak di kehidupan kamu yang akan datang kamu bakal bereinkarnasi jadi anjing herder!" aah, sudah, sudah.. Dan soal buntut besar yang gampang keinjek itu?? Buntut yang sebelah mana neh? Blakang ato depan?? (jangan berpikiran macem2, gw lagi ngomongin gajah!)

Akhirnya, gw berhenti sampai di situ.. Kayaknya si pembuat test itu musti lebih banyak belajar lagi deh biar hasilnya lebih akurat.


Wednesday, August 16, 2006

This page is under bloody construction...


Karena protes beberapa temen, bagian banner ini gw acak2 dikit. Laba-laba yang bikin serem kemaren itu udah gw lenyapkan, sisain rumahnya... Gw ganti ama gabungan berbagai image gratisan yang gw comot dari berbagai penjuru Web. Lalu isengin pake PaintBrush ama PhotoEditor. Gw nggak bisa maen Photoshop ato Freehand dsb.. gw bukan orang grafis... jadi maap kalo jadinya kacrut kayak getu.

Tapiiii... dari tadi gw liatin, gw jadi muak sendiri hihi.. terlalu centil, sodara2!! Kayak gapura hias 17 Agustusan.

Belom lagi tatakan hurup buat postingannya.. gw belom nemu yang bagus sampe sekarang. ADA IDE NGGAAK?? kALo kalian bisa nemuin yang bagus, kalo cewek gw jadiin istri, kalo cowok gw suruh push up, huahahaha!!!

Saturday, August 12, 2006

Kangen lagi ama My Lovely Bule Baduy


Ini postingan ke-50. Semingguan ini gw nge-review postingan gw mulai pertama. Ternyata... makin lama, ketikan gw makin memuakkan aja. Kayak nggak tulus, terlalu jaga image. huh! Dan pas liat-liat postingan maren itu gw ternyata paling suka dengan gaya bulan Januari-Februari. Nggak pake peduli: gramatikalnya menyesatkan, zigzag-nya bikin mumet anak sekolah yang baru diindoktrinasi EYD ama guru bahasa Indonesia mereka yang menyebalkan itu, ato isinya bisa bikin didemo para anggota laskar jidat (maksudnya orang2 pinter yang jidatnya lebar2 itu loh).

Ah, gw baca lagi dedikasi buat kekasih gelap gw (tuh cewe kulitnya memang sawo mateng banget kok) ... Postingan yang itu terlalu polos kayak ragam hias purba yang ngga pake stilisasi sampai gw sempet beberapa kali berniat menghapusnya. Diksinya sama sekali nggak canggih seperti karya para pujangga... sama sekali nggak indah kayak terjemahan puisi Chairil Gibran. Tapi sekarang gw melihatnya dengan terkagum-kagum!

Gw jadi kangen lagi ama dia.. yang beberapa waktu lalu kirim message bahwa dia lagi tenggelam dalam kesibukan sehari2 demi bertahan hidup di luar sana,, gw tau dia pasti inget gw, meskipun kita sama sekali nggak pernah berkomunikasi secara audial beberapa bulan belakangan!

Nah, buat sementara ini, gw memang jarang posting gara-gara kecemasan itulah. gw ingin kembali ke khittah blog ini, yaitu buat mengeksplorasi sisi lebih gelap dari kehidupan gw yang remang-remang... buat memamerkan pemikiran gw yang sok njelimet tapi dangkal... nggak peduli dibaca ato nggak, dikasih comment ato nggak.. "semuanya terserah padamu, aku begini adanya"...niruin lagu samsons, hihi. Next time darker, okay??

Oh iya, kalau ingin liat layout gw dua bulan pertama, silakan klik ini.



Monday, August 07, 2006

carilah DVD walau sampai ke glodok


Gw udah lama banget nggak jalan-jalan sendirian ke Glodok. Sempet mo ngajak si Bunglon yang sehari sebelumnya bilang mo apdet koleksi DVD bajakannya, tapi ternyata yang bersangkutan lebih demen ngadem di Citos... Cepet juga gw nyampe ke situ, nggak sampai 30 menit dari tempat tinggal gw di Kalibata dengan kereta yang terbang di atas kerumunan demonstran jihad di Monas itu, hehe.. pokoknya harus ada kata "Monas" deh biar tau kalo kejadiaannya di Jakarta.

(Buat yang belom tahu, Glodok letaknya ada di Jakarta Utara, dan tempat hinggap gw di Jakarta Selatan. Tempat ini merupakan pusat grosir VCD/DVD terbesar di Jakarta.)


Milih DVD

Ternyata, suasana di situ lebih sepi dari berbulan-bulan silam. Pengunjung nggak begitu berjubel, nggak begitu gerah meski yang dagang tetep aja buanyak. Biasa aja, nggak ada yang menarik. Informasi buat Anggun yang barusan SMS nanya: harga tetep pukul rata lima ribu per keping DVD ama MP3, delapan ribu kalo belinya yang di abang-abang yang nungguin kardus.

Gw beli film bagus (yang di sampulnya ada kata "festival"), film seru (yang jagoannya pasti menang), film spiritual (mengandung hantu), film dewasa (pemainnya nggak ada yang abege), film kardus (bokep banget), ama MP3 yang isinya Cradle of Filth ama Nightwish.. asik \:D/

Iseng sih, pas beli bokep itu, meski cuma sekeping, gw milihnya lama banget. Sempet nanya2 ke si abang yang jualan: "Segini banyak, udah nonton semua?" Dia cuma diem, dengan muka itemnya rada ditekuk. Ah, ke-gap juga ama temen chat yang kebetulan juga lagi berkeliaran di situ bareng cowoknya.

Nah di situ akhirnya nyamper juga seorang bapak2 umur bangsa 50-60 tahun, rambut pada putih, berbaju rapi, tampang sopan, yang membeli dengan malu-malu. Dia nggak pake milih, langsung nunjuk trus bayar bayar 20 ribu, trus umpetin tiga DVD-nya. Si bapak ini melengos setiap gw tatap wajahnya, malah akhirnya ngumpet di balik tembok, hihi.. lucu banget, mungkin dia takut gw tanya namanya trus gw publish di sini.


Pasar Pancoran

Gw sejam doang di situ, laper, trus gw nyebrang ke Pasar Pancoran buat nyari sop kambing. Di situ memang banyak banget pedagang sop kambing. Satu pun nggak ada yang enak tapi gw demen banget nangkep suasana piknik di situ. Lebih ceria dari pasar2 tradisional lain di Jakarta, dan nggak ada yang memandang orang lain dengan tatapan aneh.

Gw duduk di lapak seorang ibu2 berpakaian rapi, pake kerudung. Ngobrol-ngobrol dan akhirnya gw tahu, semua orang di situ dipanggil sesuai dengan nama dagangannya. Si ibu itu dipanggil "Kambing", mbak2 di sebelahnya dipanggil "Susu", trus bapak-bapak berbaju lusuh yang diminta tukeran duit oleh Bu Kambing barusan dipanggil "Air". Tenang aja... gw nggak akan memperkenalkan diri sebagai "Burung".

Ah jam lima sore, akhirnya gw cabut ke arah Stasiun Beos.


Review..

Hampir semua yang kebeli tadi bagus isinya. Film November gambarnya bagus. Desperate Souls juga lumayan (kalau kalian penggemar hantu dan juga suka musik black metal, tontonlah film ini). Cradle ama Nightwish sekarang gw puter di kantor. Lainnya juga bagus. Yang jadi masalah sekarang adalah film bokepnya!

Gw udah beberapa kali melihat orang ketipu ama VCD kardus. Pernah dulu banget, seorang penjual DVD dihajar tentara, gara2 film yang dibeli tidak sama dengan cover-nya. Temen kantor gw juga pernah mintak film yang "China", eh diputer di rumah nongolnya liputan acara Barongsay imlek. Seorang pengirim surat pembaca di majalah gw juga pernah complain, gara2 "film blue" yang dia beli ternyata isinya Panduan Manasik Haji.

Nah, tadi gw juga udah milih DVD yang paling serem, paling meriah gambarnya cewe2 telanjang.. gak taunya begitu gw setel, kepingan itu ke-detect sebagai VCD. Udah gitu, nongol kalimat pembukaan: "Badan Sensor Film menyatakan bahwa film Teletubbies telah lolos sensor.. dan seterusnya" Lalu nongol si Tinky-Winky, Dipsy, Lala, Pooh... anjritt!!


Saturday, August 05, 2006

Postingan panjang di akhir pekan



Bab 1. Pendahuluan

Salah satu kebiasaan buruk yang paling merusak pada diri gw akhir2 ini adalah nonton televisi. Semua gw tonton, dari yang norak2 sampai yang bodoh2, hhihi,, f*ck the idiot box!

Begini, pernah melihat berita pembunuhan di televisi akhir-akhir ini? Semua channel di sini menyiarkannya dengan style yang rada seragam: laporan dari tempat kejadian secara lengkap dan rada nggilani, bercak darah dsb, wawancara saksi, kantor polisi, wawancara kepala polisi.. kerabat korban, pacar korban, kadang juga wawancara korban (tentu saja kalau si korban masih hidup dan dalam keadaan sadar!).

Wawancara saksi biasanya dengan bacground kerumunan penduduk sekitar yang berusaha memperlihatkan muka mereka agar tertangkap kamera, mirip para abege yang berdesakan di photo-box hihi.. si saksi menceritakan kronologi kejadian dengan kalimat terbata-bata, napas tersengal-sengal tapi dengan sorot mata berbinar-binar.

Liputan diakhiri dengan obrolan kapolres, kapolsek, atau apalah.. yang menguraikan sinopsis peristiwa itu (dengan tata bahasa yang tak lebih bagus dari para penduduk tadi.) Penuh kebanggaan, pak kepala polisi bercerita tentang keberhasilan aparatnya dalam mengungkap kejahatan heboh itu.

Bagian terakhir ini buang-buang waktu, soalnya kita para penonton udah tahu duluan tahu jalan ceritanya secara lebih detail. Ini memang bagian yang dikhususkan untuk menyampaikan satu-satunya “pelajaran moral” dari semua pemberitaan itu: polisi adalah pengayom masyarakat. Nggak menarik dibahas! Dan di sinilah gw biasanya teringat untuk mengoperasikan sebuah benda temuan manusia paling penting dalam abad ini: remote control.

Dan dalam sekejap pindah ke channel lain, gossip pemain film! Biasanya menyiarkan berita tentang orang-orang yang gw gak apal namanya. Mereka cantik-cantik dan (mungkin) ganteng. Penyiarnya juga cantik, pake baju anti-gerah yang bikin mata penonton cowok melek. Itu memang trik buat menjaring penonton cowok yang gak suka gossip biar betah manteng di channel mereka. Sip lah!


Bab 2. Analisis

Para pemain film dan kadang pemain musik itu mereka sebut sebagai “selebriti”. Pengusaha, politikus, tokoh agama, tokoh budaya dsb nggak masup dalam sebutan ini, kecuali mereka pacaran, menikah, selingkuh, miara simpenan, atau punya anak haram dari “kalangan selebriti” ini.

Kata-kata semacam “bahtera rumah tangga”, “orang ketiga”, “gonjang-ganjing”, “jalinan cinta”, dan sebagainya pun pada nongol. Dengan mimik muka serius, si pembawa acara menyiarkan kejadian sehari-hari para selebriti itu seolah sebagai sebuah kejadian terorisme, atau penampakan hantu. Hidup, kelahiran, kematian, jodoh, pernikahan, dan perceraian yang melanda mereka adalah kejadian luar biasa.. yang lebih menghebohkan dari kemunculan alliens yang mendarat di lapangan Monas, misalnya.


Bab 3. Kesimpulan & Saran

Sekarang, pentingkah semua itu? “Penting!” kata salah satu “seleb”itu (gw masih apal soalnya baru tadi pagi gw tonton :D), “Semua acara ini bisa menjadi semacam watchdog buat para selebiriti, biar hidup kita gak keblinger.” Nah, manja amat!!!

Mereka, para bintang film gagal yang mengubah diri jadi bintang infotaintment itu, memang sungguh kemaruk. Mereka nggak peduli, telah merampas waktu produktif berjuta rakyat Indonesia (sebagian besar adalah kalangan menengah ke bawah) demi agar hidup mereka gak keblinger. Ah, kali ini terpaksa gw mendukung fatwa “haram” MUI ama PBNU terhadap acara semacam ini..

Dan, maap, kali ini gw terpaksa mengambil alih posisi si Bunglon sebagai complaining animal. Okay deh.. Say f*ck to idiot box, say yes to narko.. upss, to blog (niruin iklan kondom).

Saturday, July 29, 2006

puisi weekend ini

Setiap kali menghadap cermin, selalu kulihat sesosok mahluk berpakaian hitam-hitam, rambut ikal panjang lebih dari sebahu.
Gondoruwo kah itu? Atau malaikat yang sedang menyaru?

Ah bayang-bayang, sebenarnya ingin sekali aku berdebat denganmu
Tentang siapa di antara kita yang lebih mirip Johnny Depp... upss
Tentang siapa yang mestinya berdiri di situ.
Tapi kau malah membisu.
Dan di balik tatapan matamu yang merah karena kurang tidur itu,
kau tersipu malu, tersenyum simpul dan diam-diam berlalu.



* Karena dalam puisi harus ada kejujuran, maka dengan jujur gw mo bilang bahwa baris-baris di atas itu diilhami oleh “aku dan bayang-bayang” upss.. "Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari" karya Sutardji Djoko Darmono, hihi.. Semoga beliau nggak ikutan jadi blogger trus blog-walking ke sini, trus menclak-menclak gara-gara namanya gw kutip dengan salah!


Monday, July 24, 2006

Dedication Page Vol.4

Dengan kemewahan teknologi yang dia punya, temen gw si Scarlet mengirim dua file lagu lewat messenger. Satu adalah lagu kebangsaan dia, Scarlet Ribbon, satunya lagi lagu yang udah setahunan ini gw cari-cari... Ode To Billy Joe, setelah sebelumnya dia mengirimi gw The Death of Lhakpa-nya Bruno Coulais ("Himalaya-l'enfance d'un chef") yang juga susah banget gw dapet dari Net. Ah, temen yang baik (juga rada manis pas anteng difoto)... di sela-sela kesibukan dan problem berat yang menimpanya, dia masih menyisakan waktu buat lucu-lucuan seperti ini.

Nah, buat manjang-manjangin postingan, gw paste lyric dari lagu itu di sini...


Ode To Billie Joe (Bobbie Gentry)


It was the third of June, another sleepy, dusty Delta day
I was out choppin' cotton and my brother was balin' hay
And at dinner time we stopped and walked back to the house to eat
And Mama hollered out the back door "Y'all remember to wipe your feet"
And then she said "I got some news this mornin' from Choctaw Ridge"
"Today Billie Joe MacAllister jumped off the Tallahatchie Bridge"

And Papa said to Mama as he passed around the black eyed peas
"Well, Billie Joe never had a lick of sense, pass the biscuits, please"
"There's five more acres in the lower forty I've got to plow"
And Mama said it was shame about Billie Joe, anyhow
Seems like nothin' ever comes to no good up on Choctaw Ridge
And now Billie Joe MacAllister's jumped off the Tallahatchie Bridge

And Brother said he recollected when he and Tom and Billie Joe
Put a frog down my back at the Carroll County picture show
And wasn't I talkin' to him after church last Sunday night?"
I'll have another piece of apple pie, you know it don't seem right"
"I saw him at the sawmill yesterday on Choctaw Ridge"
"And now you tell me Billie Joe's jumped off the Tallahatchie Bridge"

And Mama said to me "Child, what's happened to your appetite?"
"I've been cookin' all morning and you haven't touched a single bite"
"That nice young preacher, Brother Taylor, dropped by today"
"Said he'd be pleased to have dinner on Sunday, oh, by the way"
"He said he saw a girl that looked a lot like you up on Choctaw Ridge"
"And she and Billie Joe was throwing somethin' off the Tallahatchie Bridge"

A year has come 'n' gone since we heard the news 'bout Billie Joe
And Brother married Becky Thompson, they bought a store in Tupelo
There was a virus going 'round, Papa caught it and he died last Spring
And now Mama doesn't seem to wanna do much of anything
And me, I spend a lot of time pickin' flowers up on Choctaw Ridge
And drop them into the muddy water off the Tallahatchie Bridge


Ini adalah lagu yang sangat simpel, minimalis banget melodinya kayak musik pengamen. Tapi lyric-nya sampai sekarang masih dibahas orang. Sangat sederhana, yakni tentang misteri bunuh diri seorang pemuda, yang tak disangka-sangka punya hubungan erat dengan si subject-lyric. Sebagai "puisi naratif" yang struktur rima dan meter-nya cermat, lagu ini lumayan lentur cara bertuturnya. Nggak mbulet tapi "kosong" kayak kebanyakan lagu2 zaman sekarang.

Dah ah, tar dibilang sok njelimet...

Sunday, July 23, 2006

Turbulensi Serebral (reposted)

Suatu malam bertahun-tahun silam, gw berada di tengah sekumpulan "orang pinter". Gw lupa persisnya kapan: tanggal berapa, bulan kapan, tahun berapa. Yang pasti, saat itu adalah tengah malem Jumat Kliwon, dan tempat kejadiannya di teras sebuah rumah yang sederhana di sebuah kompleks perumahan pejabat departamen pemerintah yang berlokasi di salah satu sudut selatan Jakarta (mamposs.. panjang kan deskripsinya:))). Kita bersembilan. Pas lagi break acara, kita duduk melingkar, ngopi dan ngerokok2, diskusi ngalor ngidul, mendengarkan berbagai petuah "the leader of the pack" di tengah2 acara.

Pasti ada yang nanya kenapa gw yang normal ini bisa tiba-tiba berada di antara para paranormal itu? Jawabannya: iseng, diajakin temen, itu juga baru dua kali kok... stop! Ini kepanjangan buat sebuah prolog, hihi..

Begini, dalam diskusi itu juga dibahas tentang hubungan antara apa yang kita visualisasikan dan konsekuensi yang bisa menimpa kita. Ada pernyataan menarik tentang Tragedi Mina --sebuah peristiwa yang terjadi beberapa tahun sebelumnya dalam acara ibadah haji di Mekkah (tahun berapa yah?). Konon, selama berbulan-bulan sebelum tragedi terowongan yang memakan banyak korban warga Indonesia itu, di Tanah Air ada sebuah lagu pop yang lumayan terkenal dan sering diputer di radio2.. yang reffrain-nya bolak balik berbunyi: "hancur Minah..". Bingung? Gw juga.

Itu pertama kalinya gw mendengar ada tragedi kematian massal yang dihubung2kan dengan sesuatu yang ajaib. Dan hanya di kalangan mereka analisis itu beredar.

Sekarang? Beberapa bencana terjadi di sini: Jogja, Merapi, Sinjai, dan terakhir tsunami minor di Pangandaran ("Lama-lama Pulau Jawa bisa klelep ya," kata seorang temen di Blanda.) Buanyak banget analisis non-otak seperti itu dijual media massa, yang para wartawannya sudah tentu adalah para graduate perguruan tinggi. Mereka tahu memanfaatkan kekosongan spiritual khalayak pembacanya, yang butuh penjelasan mengagetkan untuk segala peristiwa yang terjadi akhir2 ini.
Nah terakhir, gw dapet berita mengerikan di koran Ibu Kota: bulan November nanti bakal ada bencana di Jakarta! Itu kata si Mama Lemon, paranormal yang konon udah pernah meramalkan gempa dan sebagainya kemarin itu. Dan liat kaan, demen banget koran-koran memberitakan yang seperti itu. Krisis agama? Cerebral turbulence? Tauk ah, namanya juga jualan.

****

Okay, dalam kerangka takhayul itu, setujukah kalian kalau ada yang bilang bahwa semua bencana alam ini terjadi gara2 kita sering menonton film-film Hollywood yang subjeknya tentang catastrophe itu? Atau sinetron2 horror tentang azab fisik yang diterima langsung oleh para pendosa?

Atau jangan-jangan benar kata si Lia Edun, pemimpin Kerajaan Hantu yang sekarang bersinggasana di Rutan Pondok Bambu. Dia bilang dalam salah satu puisinya, bencana-bencana yang terjadi selama ini ada hubungannya dengan "goyang ngebor" dsb yang dilakukan si Inul --inget tragedi lumpur di sumur Jawa Timur itu. Ups.. jangan-jangan memang benar!

Mari kita mengingat kejadian dari hampir setahunan silam, yakni konflik antara para penyanyi dangdut sekseh dan Rhoma Irama. Kita konotasikan kata "goyang" dengan gempa. Lalu kata "ngebor" dengan.. ngebor juga (bahasa linggisnya: drilling!)

Goyangan Inul dan kawan-kawan itu jauh lebih dahsyat daripada yang dilakukan Kak Rhoma beserta para sekutunya, yang cuma sedikit maju-mundur dan kiri-kanan --kayak ogah2an begitu deh. Getarannya lebih kenceng, dan lebih variatif. Bandingannya, goyang Inul ini di atas angka 6 pada skala Ritcher. Sedangkan goyangan Kak Rhoma, diliat di seismograf, angkanya kurang dari 2 SR. Jadi kebayang kan, kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa Inul itu jauh lebih parah dan sering berpotensi menimbulkan tsunami...

Apakah karena jumlah simpatisan Inul lebih banyak daripada Kak Rhoma, maka semua gempa itu melanda? You've got what you wish, gitu? Ah sudah.. sudah! Gw lebih suka nggak sepakat.

Gw bukan pengikut Lia Edun yang kepalanya pada pelontos and pake baju putih2 itu, tahu kaan alesannya! Sebagai seorang "anak metal yang terasing di republik dangdut", gw menganggap teorinya masih terlalu apocalyptic, terlalu meletihkan, membelenggu, merontokkan daya hidup. Gw lebih suka memandang semua ini cuma kejadian naik-turun... 1nhale-exhale... semuanya biasa-biasa saja... bencana dan bahagia sama saja... langit di luar langit di dalam menyatu dalam diriku.. (terakhir ini gw cuma njiplak kata2 Rendra, haha..)

Done! Masih bingung? Tambah takut? Mendingan nggak usah dipikirin.. mendingan gak usah dibaca juga postingan ini, hihi..

* Mood gw lagi muram and mengalami "turbulensi serebral" pas bikin postingan ini.. maap kalo nggak fokus.

Wednesday, July 19, 2006

Let me introduce my self... (part 2)

Akhirnya, gw menemukan cara untuk nampang di postingan blog sendiri, hihi.... gw orangnya pemalu and gak pede buat foto2 di tempat umum, maka terpaksa gw pake mask itu biar kliatan gantengan dikit.

Lokasi pemotretan: Salah satu stand dealer mobil di arena Pekan Raya Jakarta
Dated: July 8, 2006
Photographed by: Bunglon

Description:
Kita bertiga jalan ke tempat itu dengan membawa yang aspirasi masing-masing yang saling berbeda. Yang satu pingin mengunjungi stand handphone setelah ngeliat tayangan feature di tipi O'Channel (dibilang ada diskon sampe 50%). Satunya ingin ngeliat pameran motor ama mobil (katanya mo beliin cewek yang di sebelahnya).
Gw sendiri cuma kepingin nonton ondel-ondel, makan kerak telor, ama ngeliat-liat kali aja ada yang jualan BH bentuk bola.. kalau ada gw mo beli buat hadiah ultah tuh anak. Maka dari itu, gw jadi sering misah dari mereka karena gw lebih tertarik pada barang2 non-teknologi, hihi..

Tapi... akhirnya gw nggak berhasil mendapatkan barang-barang yang gw cita-citakan itu. Yang kebeli cuma topeng karet seharga 35 rebu! Dua temen gw malah lebih ajaib: satunya nggak belanja apa2, satunya lagi cuma beli tali buat gantungan ID warna kuning yang ada tulisan "Brazil". Nggak bikin capek kok jalan-jalan di situ, cuma rada aneh aja gw. Gw tiba-tiba ngerasa lagi dikelilingi temen-temen yang aneh!... (uppss, terhenti gara2 gempa barusan, gw naik ke atap gedung di lantai tiga buat nyelametin diri!)


_____________

Stop press: Gempa konon berkekuatan 6.8 skala Ritcher, episentrum di Selat Sunda. Hmm.. gw barusan berdebat ama temen: yang bener tuh musti kabur ke luar gedung atau naik ke atap gedung berlantai dua ini, soalnya gw pikir kan di atap situ sama sekali gak ada sesuatu yang bisa merubuhi kita (yang bener yang mana seeh??). Gw tadi sendirian naik ke atap gedung, ngeliatin temen2 di bawah sana yang pada teriak2 ke arah gw, huhu...

Wednesday, July 12, 2006

Another True Story (done!)


"There is no dark side of the moon, really. Matter of fact, it's all dark." (Pink Floyd)


Ini lagi-lagi cerita kriminalitas yang gw denger malem kemarin itu. Si Ronaldo (bukan nama sebenarnya --Red.) menceritakan sebuah kejadian mendebarkan yang barusan dia alami. "Sport jantung Mas, gw ogah lagi deh ikut-ikutan," dia berkata sambil geleng-geleng kepala, tapi kok gw ngeliat tatapan matanya yang bangga! Dia cerita, pagi itu temennya ngajakin jalan. Dia pikir, pasti si Zidane (kebetulan juga bukan nama sebenarnya) ini mau "bokul" --membeli (narkoba). Dia pun bersemangat. Ganti baju, clana jins belel, ambil helemnya, lalu cabutlah mereka berdua dengan RX-King warna item kepunyaan si Zidane.

Ronaldo yang bawa motor, Zidane dibonceng sambil ngasih komando. Setelah meliuk-liuk di tengah keramaian Jakarta pukul 11 pagi itu, mereka pun sampai di sebuah kawasan macet deket lampu merah. Lalu motor berjalan pelan beberapa meter di belakang sebuah sebuah Toyota Harrier yang jalannya tersendat di tengah arus lalu lintas yang padat merayap. Nah, mendekati lampu merah, kemacetan parah terjadi.

Tiba-tiba si Zidane bilang kepada Ronaldo: "Minggir, gigi satu Ron!" Motor dipinggirkan deket trotoar, Zidane turun dan bergegas melangkah ke arah Harrier itu, yang sekarang udah berhenti total di tengah-tengah keribetan lalu lintas. Dia berdiri di dekat bagian depan mobil itu. Dia congkel kaca spionnya dengan tangan telanjang, dan dalam beberapa detik spion lepas! Lalu, sambil menenteng spion itu, dia berlari ke arah Ronaldo yang menungguinya di trotoar sana, duduk bengong di atas motor yang mesinnya tetep on. Dia loncat ke sadel, tepuk punggung si Ronaldo dengan keras sambil teriak: "Jalan!"

Ronaldo shock, dan refleknya: tancap gas ke arah kiri. Masuk gang tikus yang dia apal, muter-muter dikit, lalu balik ke rumah si Zidane. Setelah sejam nongkrong di kamar Zidane sambil ngopi dan ngerokok, mereka jalan lagi --kali ini dengan motor bebek-- ke arah pertokoan onderdil mobil di sudut utara kota (dia nggak pernah memegangi barang hasil jambretannya lebih dari dua jam.. untuk menghindari tertangkap tangan). Hasil kerajinan si Zidane itu dibeli pemilik salah satu toko, 350 ribu. Ronaldo yang --ngakunya-- joki dadakan itu dapet jatah 100 ribu.

Gw rada takjub denger ceritanya itu, sampai lupa nanyain spion yang diambil itu kiri, kanan, atau kiri-kanan. Juga, gimana tampang orang yang di dalam mobil itu? Gw bayangin, si pengendara mobil itu terbengong-bengong sambil mikir: "Lho, spionku mana?" (gak penting yah, hihi...). Beberapa poin menarik gw catet dari sepanjang cerita si Ronaldo ini. Misalnya, Zidane adalah "single fighter", tapi kadang mengajak joki favoritnya, si Materazi (nggak dibikin-bikin loh ini nama samaran juga!), dalam aksi-aksinya.

Ah, another pair of junks! Mereka hanya segelintir dari berjibun manusia aneh di Jakarta ini. Zidane adalah pecandu drugs, yang melakukan aksi kriminalitas sekadar buat memenuhi kebutuhan konyol itu. Beberapa kali masup ke elpece (Lembaga Pemasyarakatan Cipinang), tapi tiap keluar dari situ tambah tinggi skill-nya. Yang bikin gw nggak begitu simpati padanya: beberapa kali dia menjambret handphone penumpang KRL Jabotabek! (Kalau kalian adalah penumpang kendaraan itu, dan suatu ketika melihat cowok tinggi berambut cepak-rapi, berkulit bersih tapi tatapan matanya rada kosong, duduk tenang mengawasi penumpang, samperin aja sambil bilang: "Mas Zidane yah! kenal ama Burung gak?":D).


_____________


Nah, sekarang gimana kira-kira nasib si Toyota Harrier itu? Konon, di Jakarta, mobil ini termasuk mewah, kalo mau beli musti indent dulu. Nggak dijual di dealer resmi pemegang merek. Harga mobil ini bisa tujuh ratus juta (bener gak yah?) Jadi pemiliknya ya itu-itu aja orangnya. Bisa jadi, setelah kecopot kaca spionnya, dia akan nyari onderdil di deket-deket Kota tadi juga, dan membeli di toko onderdil yang jadi penadah tadi, lalu ketemu lagi ama kaca spion yang tadi, dengan harga yang bisa jadi mencapai sejuta perak!


_____________


Tips buat yg di Jakarta:

* Jika kalian adalah pengendara mobil pribadi, waspadalah jika berada di daerah macet. Tapi tenang aja, mereka penakut juga kok. Si Zidane ini rada apal; kalau kaca spion dilapisi "tattoo" dia nggak bakal berani nyongkel, karena akan makan waktu lama. Dan sasaran favorit mereka adalah mobil mewah! Spion Kijang dia nggak begitu berminat, karena cuma laku 50 ribu. Mobil lain semacam Xenia, Jazz, atau sedan2 biasa... malah cuma 20 ribu. Mereka memanfaatkan situasi hiruk pikuk yang bikin orang nggak konsentrasi. Jadi, when things get hot.. stay cool (ngutip kalimat iklan).

* Jika kendaraan kalian adalah Metromini/Kopaja, jangan terlalu memikirkan kaca spion. Mereka sama sekali ogah nyongkel spion Metromini (ini fakta!). Lagian, biarin aja pak sopir yang ngurusi. Jadi, mendingan konsentrasi diarahkan ke barang bawaan kalian sendiri, hehe.. banyak copet loh di dalem situ :D.

* Jika sarana transportasi kalian adalah KRL Jabotabek, waspadalah juga ketika masuk gerbong kereta. Suasana ribut di pintu kereta bakal dimanfaatkan oleh para Zidane itu untuk mencomot barang bawaan kalian! Setelah berhasil mencomot barang penumpang, biasanya mereka loncat lagi ke luar sebelum kereta meninggalkan stasiun. Stay cool juga lah!


Catatan:
Gw bukan temen mereka! Semua ini adalah hasil kerajinan mendengar gw, karena di antara mereka pasti ada yang suka menceritakan pengalaman "heroik" mereka, yang tanpa mereka ketahui ter-published di sini:">.. quoted: "man is a creature who spends his entirely life in an attempt to convince himself and his surrounding that his existence is not absurd" (kira2 gitu deh bunyi kutipan dari Albert Camus dulu!)

Okay, the posting is done!

Saturday, July 08, 2006

Let me introduce my self...* (Part.1)

Beberapa hari ini, gw ngerasa diri gw kayak pengunjung sebuah kebon binatang yang datang sendirian pada weekdays yang sepi, di mana jumlah binatangnya berkali-kali lipet lebih banyak daripada pengunjungnya. Gw menikmati benar: menonton para binatang itu murung terkurung di balik kerangkeng-kerangkeng mereka. Tapi, karena mereka (para binatang itu) mayoritas dan gw minoritas, gw jadi ngerasa bahwa merekalah yang sedang menonton gw.

Okay, sit back! Tadinya gw ingin menceritakan beberapa kelumit pengalaman masa silam gw di sini. Sekadar buat refleksi diri, buat menghapus ketidakpedean ini, sekaligus nglatih jari-jari ini, hihi.. Tapi mendingan nggak jadi! Gw nggak ingin merusak mood dengan membeberkan terlalu banyak sosok gw sendiri, yang sama sekali nggak menarik. Tapi, berhubung profile gw nggak nongol di page ini, dan profile di account Friendster gw nggak informatif karena alasan visual, gw ingin menonjolkan beberapa hal penting di sini.

Gw berjenis kelamin jantan, single, doyan lawan jenis yg punya inner attraction, bukan gay atau lesbian (let them live their own lives!). Gw bisa jadi susah disebut religius, kalau itu diartikan sebagai ketaatan yang dogmatis, tapi gw respect kepada mereka yang menjalankan perintah agamanya dengan tulus dan ikhlas. Anarkis? Gw lebih suka bilang tidak! Percaya takhayul? Iyaah karena gw sendiri kan sejenis memedi, hihi. Zodiak: blasteran Virgo ama Cancer. Penyanyi favorit detik ini: Milla Jovovich (semalem abis nonton ulang Ultraviolet). Film bagus: Apocalypse Now dan Red. Kutipan favorit barusan: "The horror, and mental terror, are your friends!" Musik pagi ini: World Reggae. Dah! Eh satu lagi: gw nggak tampan! Kalau gw ganteng, mana sempat gw bikin blog ini...

Jadi sekilas udah tahu kan, gw sebetulnya manusia normal yang memandang hidup ini dengan biasa-biasa aja. Nggak ada yang aneh di dunia ini, meski kadang dibutuhkan kesabaran berlebih untuk memahami ketidakanehan tersebut.


Okay sekian dulu halaman perkenalan ini. Bagian 2 ama 3 menyusul kapan-kapan kalau gw inget/sempet. Peace!


* Judul dicontek dari baris pertama lagu The Rolling Stones: "Sympathy for The Devil"

These lines are among my favourites...

TWO roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;

Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim,
Because it was grassy and wanted wear;
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,

And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way,
I doubted if I should ever come back.

I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I—
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.

(Robert Frost, The Road Not Taken)




Thursday, July 06, 2006

Resensi Nonton Film

Pernah membayangkan nggak, kegiatan nonton film sekarang ini adalah salah satu ibadah penting dalam peradaban kita sekarang? Di lingkungan sekitar gw sendiri, gw sering denger kata-kata pembukaan seperti: "udah nonton anu (nyebut judul film --Red.)?" "nomat yuk!" "blanja DVD bajakan tar sore yah!", yang terucap dengan riang.

Lalu secara berjamaah ataupun sendiri-sendiri, kita mendatangi tempat ibadah itu, atau masuk ke kamar kita masing-masing untuk mempersiapkan sendiri upacaranya: ngambil DVD dari tas, nyalain player dan TV, masukin DVD-nya, pencet tombol sana-sini, lalu duduk anteng di hadapannya. Begitulah kalau melakukannya sendiri, lebih simpel.

Kalau nontonnya bareng-bareng, pahalanya lebih gede, karena ritualnya juga lebih ribet. Kita mesti datang ke lokasi setelah bermacet-macet di jalanan, trus "melegalisasi diri" dengan membeli tiket agar kita bisa masup dengan sah ke tempat ibadah itu. Seringkali, untuk membeli tiket ini, kita harus berdiri beberapa puluh menit dalam antrean tertib di depan loket. Memang rada meletihkan, tapi wajah kita berseri-seri. Kita saling bertegur sapa atau bersalam-salaman kalau bertemu dengan seseorang yang kita kenal. Kadang salah satu dari kita sambil sibuk nelpon-nelpon atau mainin SMS ("Aku lagi di KC bareng anak2 say, mau ke sini nggak?")

Sejauh mata memandang, ada canda dan tawa yang ceria di sana. Ada yang datang sendirian, ada yang berombongan dengan teman-teman gaul, ada yang berpasang-pasangan, ada juga satu "keluarga sakinah" yang lengkap. Semua mengguratkan wajah bahagia. Kebanyakan berpakaian rapi bagus2, jarang-jarang yang gw liat cuma pakai daster, piyama, ataupun kain sarung.

Nah, dalam sesi beli tiket ini, ada satu aspek penting yang mesti diperhatikan: milih posisi duduk dan ruangan yang tepat untuk melakukan ibadahnya nanti. Biasanya, tempat favorit adalah paling belakang, karena makin ke belakang, makin besar pahala yang bakal kita dapat.

Setelah break sejenak dari ritual pembukaan, kita boleh ngapain aja: nongkrong di tempat minum yang disediain, mainin game, atau ngobrol sendiri-sendiri sambil melihat-lihat jadwal ibadah yang disediakan penitia "ibadah 21" itu.

Okay, akhirnya kita pun masuk dan duduk di bangku yang telah kita incar tadi. Posisinya menghadap altar berupa bentangan layar putih di depan sana. Semuanya harus tertib dan tenang, pandangan fokus ke depan. Kalau ada godaan, misalnya berupa adegan menarik yang dilakukan sepasang anggota jemaah lain di sebelah kita (gw pernah liat di Djakarta Theater; yang cewek sampai lepas2 kancing baju atas!), sebaiknya kepala kita nggak usah tengak-tengok. Itu adalah godaan yang akan mengurangi nilai ibadah kita.

Handphone sebaiknya dimatikan. Hening, tak boleh mengganggu kekhusyukan para anggota jemaah lainnya dengan berteriak-teriak seenaknya. Kalaupun ingin tersenyum ataupun tertawa terbahak-bahak, atau bertepuk tangan, kita harus melakukannya bareng-bareng sesuai aturan. Ketika adegannnya lagi sedih dan kita disuruh diyem, misalnya, jangan pernah kita ngakak kenceng-kenceng sendirian sambil teriak: "Hajaaar bleh!" Kalau itu kita lakukan, maka orang-orang di sekitar bakal melotot ke arah kita, atau menyilangkan telunjuk di depan bibir: Ssstttt!!

Sebuah ritual yang aneh, memang. Tapi itulah yang bisa kita lakukan biar nggak tercerabut dari lingkungan gaul. Sepulang dari situ, kebutuhan visual terpenuhi, otak penuh dengan analisis ini itu, kalimat-kalimat cerdas yang bakal kita lontarkan untuk pembahasannya dalam obrolan nanti. Ah, ibadah terlaksana dengan tertib dan lancar, dan kita bisa pulang ke rumah dengan girang, sebagai sosok yang lebih religius.


Post-script:
* Gw tadi sebenernya ingin bikin postingan resensi film Superman yang baru itu, biar kompak ama blogger2 lain. Tapi tiba-tiba gw keinget bahwa gw belum liat filmnya. Dan film terakhir yang gw tonton adalah: Omen --jelek, karena gw udah apal plot-nya duluan dari novel and gak dapat apa2 di versi barunya itu! Auk ah!

Monday, July 03, 2006

anarki


Ada sebuah cerita tentang anarkisme yang gw inget pernah gw baca di Net, di sebuah situs black flag yang sangat anarkis. Begini...
Setiap malam, kamu membawa kendaraanmu lewat sebuah perempatan yang lampu lalu lintasnya menyala 24 jam. Selepas pukul sepuluh malam, perempatan itu selalu sepi, dan nggak pernah dijagain polisi. Dan semua orang tahu: belum pernah sekali pun ada pelanggar lalu lintas ditangkap di tempat itu pada jam segitu! Maka di tempat itu pada jam segitu, orang-orang selalu saja mengabaikan lampu lalu lintas.
Tapi kamu selalu berhenti setiap lampu merah menyala, biarpun nggak ada mobil lain melintas.. Karena kamu mengikuti "kode moral" yang kamu yakini sendiri kebenarannya bahwa lampu merah nyala artinya berhenti. Karena kamu nggak peduli dengan konvensi yang dipercayai para pengendara lain di situ. Karena... kamu adalah seorang ANARKIS!
Seperti itulah definisi tentang anarkisme, yang memang beda dibandingin arus besar yang selalu mengidentikkan anarkisme dengan kerusuhan, dsb. Bahkan, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi III (2002) mendefinisikan kata "anarki" dengan: 1 hal tidak adanya peraturan, undang-undang, ketertiban; 2 kekacauan dl suatu negara (halaman 44).

Ribet, aneh ya? Nggak papa lah, kamus kan bukan ciptaan Tuhan, hihi.. Kalau masih penasaran, silakan search sendiri artinya. Sekarang, dalam kerangka pemikiran yang sebelah atas itu, apakah gw seorang anarkis?

Gw lebih suka bilang TIDAK!

Monday, June 26, 2006

Ondel-ondel

Jakarta ulang tahun! Dan seperti biasa, salah satu ikon yang pasti ada dari dulu adalah... Ondel-ondel! Lalu, di televisi pagi tadi ada story tentang makin punahnya "kesenian" ini. Nah, dari tadi gw jadi mikir kenapa nih mahluk begitu menarik. Misterious. Bukan karena apa, silsilahnya gak jelas! Gw susah sekali nemu referensi tentang asal muasalnya, kapan pertama nongol, siapa penciptanya... Kalau di antara kalian ada yang tahu banyak, bilang-bilang yak!

Buat membantu menemukan clue, berikut adalah beberapa fakta mengenai Ondel-ondel yang gw inget:

* Tinggi gede, beratnya.. gw gak tau! Karena gerakannya kaku, cuma kiri-kanan ama maju-mundur, boneka ini sebenarnya lebih cocok ditaruh di tengah2 kerumunan "rave party" dengan iringan musik techno yang housy, hihi... nggak pernah matching dengan musik gambang-kromong yang berlekuk-lekuk itu.

* Seringkali berpasangan, cowok ama cewek, menunjukkan "kesetaraan gender" dan perilaku straight sex, jarang mereka berduaan cewek semua (lesbian) ato cowok semua (gay). Dengan kata lain, mereka dibikin sangat manusiawi, konservatif, menjunjung nilai-nilai budaya dan adat istiadat aseli Indonesia yang adiluhung, huhu. Sungguh pas sekali dengan diktum bahwa semua mahluk hidup itu diciptakan berpasang-pasangan. Kadang bahkan, mereka dilengkapi dengan anak Ondel-ondel.. mirip keluarga sejahtera.

* Ikon budaya Betawi, sementara "Betawi" sendiri adalah melting pot dari unsur Sunda, Arab, India, China, Jawa, dsb.. Bingung kaan?? Liat aja, clothing ama garis mukanya sangat mirip dengan boneka India! Mengingatkan pula pada boneka Mimidok dan Roro Blonyoh dari Solo. Inget pula boneka Sigale-gale dari Batak, atau lebih tepatnya.. boneka raksasa Ogoh-ogoh dari Bali! Mereka ada yang berukuran sedeng, tapi ada yang gedeeee banget..

(Iyaah memang, "tinggi gede itu megah" adalah salah satu ciri kebudayaan purba yang sampai sekarang masih bisa diliat di alam modern ini. Sphinx di Mesir, patung-patung raksasa aneh di Easter Island, Borobudur, patung di Brazil, patung Lennin, tugu Pancoran....)

* Sangat pagant. Konon, dahulu kala, pemunculannya pertama adalah sebagai benda tolak bala buat menghadang gangguan roh-roh halus yang menggerecoki kampung. Ini berkebalikan dengan boneka "pengundang roh" semacam Sigale-gale atau Mimidok tadi. Tapi tetep aja, berhubungan dengan alam gaib kaan. (Di kelurahan sebelah kantor gw juga ada Ondel-ondel, dua... kemarin gw liat lagi duduk manis menghadap lapangan badminton... mungkin biar para atletnya gak sering kepleset yah!)

* Membanggakan. Suka dipajang di pinggir jalan protokol, di selebaran-selabaran, di kop2 surat... bahkan ada lagu bagus dari Bang Benyamin (almarhum) tentang Ondel-ondel, yang sampai sekarang masih terdengar riang di mana-mana. Sangat Jakarta, Betawi..

Tapi... jarang-jarang ada ormas Betawi mengusung ondel-ondel dalam berbagai kegiatannya, misalnya sewaktu mereka mendemo rumah si Inul tempo hari. Alasannya mungkin:

  • Walaupun selalu berpakaian rapet and sopan (jarang pake tanktop yang keliatan puser atau kemben macam boneka Roro Blonyoh dari Solo itu), tetep saja Ondel-ondel tidak sesuai dengan agama karena meng-imitasi wujud manusia.
  • Berat dan ukurannya yang terlalu gede bakal membuat gerak para pendemo nggak lincah, ribet kalo dibawa kejar-kejaran dengan polisi, and gampang ketauan kalo mereka mau ngumpet.
  • Kendati wujudnya sering membuat anak-anak kecil menjerit ketakutan, atmosfer yang identik dihadirkan oleh ondel-ondel adalah kegembiraan. Misalnya, pada acara kawinan (dilengkapi dengan pawai musik marawis/al-habu ama letusan mercon cabe), pekan raya, menyambut turis di airport... (Mereka bukan ancaman, sayang!)

* Kurang mendapat respons positip dari anak-anak sekarang! Survey menunjukkan, para abege di kampung-kampung lebih bercita-cita jadi "aktris sinetron" atau "anak band" daripada jadi Ondel-ondel, walaupun semua kegiatan itu sama-sama nggak memerlukan otak encer. It is very very saaad indeed!!:((

* Nggak seperti wayang kulit/golek yang selalu ber-evolusi, nggak ada upaya progresif dan inovatif dari pihak berwenang dan pelaku kesenian Ondel-ondel ini. Misalnya:

  • Mengganti materi fisik Ondel-ondel dengan bahan-bahan yang lebih ringan dan konstruksi yang lebih ergonomis, biar gerakan pemain lebih lincah (bisa salto mirip Barongsay);
  • Biar tampang mereka nggak begitu-begitu aja, kenapa wajahnya gak dibikin mirip2 para selebriti/orang terkenal, atau tiap gubernur/mantan gubernur wajahnya diabadikan sebagai kepala Ondel-ondel yang ditaro di depan pintu kantor-kantor pemerintahan. Biar ada pride & self-esteem getu, hihi...
  • Mengganti musik pengiring (gambang-kromong) yang sudah usang dengan musik itu tadi.. techno! ...lalu mewajibkan semua pengelola tempat clubbing untuk memajang Ondel-ondel di tengah arena. It will be so exciting, exotic, toxic, gokil.. maan!

Cuma itu poin-poin yang gw inget (kok panjang yaaa). And gw sebagai pencari nafkah bertaon-taon di Jakarta, sangat kagum dan ikut-ikutan bangga dengan semua keunikan tadi..

SELAMAT ULANG TAON JAKARTAAAAAAAA....