Wednesday, May 31, 2006

Relics of the day

Ada analisis mesum tentang gempa di Jogja: bencana itu terjadi akibat benturan spiritual antara kekuatan feminin (penguasa Laut Selatan) dan maskulin (Gunung Merapi). Itu kata si Rintul ponakan gw barusan, yang sedang ketar-ketir di rumahnya di Jogja sono gara-gara isu tentang gempa susulan edisi hari Kamis --katanya berkekuatan lebih dari 7 skala Ritcher!

Dia ingin mengonfirmasikan isu gempa susulan tersebut. Gw bilang sih, mendingan memang waspada soalnya bangunan rumah dan gedung pada retak, jadi gempa sekecil apa pun bisa berbahaya. Gw saranin dia nyantai aja. Sabar dan pasrah, berdoa. Paling gak mereka udah terlatih untuk itu, hehe. Tapi... trauma mental ternyata lebih mengerikan daripada pemandangan "wisata Jogja" yang semingguan ini banyak dijual hampir semua media massa kapitalis sebagai hot news (termasuk juga majalah tempat gw bekerja)!

Salah satu efeknya adalah mereka jadi gampang termakan berbagai isu, yang paling irasional sekalipun. Misalnya: akan jatuh korban sebanyak 5.000 nyawa lagi, si Nyai marah gara-gara kurang sajen, dsb. Mereka juga jadi demen mencermati semua berita tentang gempa, dari televisi yang udah pada mulai nyala, koran, radio, berbagai SMS yang berisi analis paranormal ini-itu, dan sebagainya.

Makan mi instan pagi siang malam sampai puyeng, gempa-gempa susulan, hujan deres di tenda2 pengungsian, tembok rumah yang bolong-bolong, yang pas ada gempa susulan selalu berbunyi kriuk-kriuk... Letih dan putus asa untuk memulai kehidupan selanjutnya. Kebayang kan, ketidaknyamanan seperti itu bakal lama mereka alami. "Maen ke sini deh Mas, biar bisa ngeliat and ngerasain sendiri! Gambar-gambar yang di tipi itu belum seberapa!" kata ponakan itu, setelah gw menanggapi semua ceritanya dengan cengar-cengir garing.

Okay, bantuan material dan kepedulian memang perlu, dan udah berjibun yang dikumpulkan. Kita udah nyumbang, udah cukup bersimpati, beres, dan bisa menjalani hidup kita sendiri, life must go on! Tapi seperti ada yang kurang yah? Sumpah gw ngerasa ada yang aneh di sini.

***

Seorang temen barusan nelepon, ngajak jalan-jalan bareng besok Minggu pagi ke Dufan! Beberapa menit lalu, satu e-mail dari millist masuk. Isinya undangan untuk acara "charity" buat korban bencana Jogja. Barusan masuk ruangan, temen yang mau numpang ngrokok di ruang gw. Dia rebahan di kasur gulung sambil ngobrol, marah-marah ama detik com yang masih saja menulis analisis mistik soal gempa itu. Eh iya, sebelumnya ada juga SMS dari si Anggun nanyain kabar kerabat gw di daerah bencana itu, nanya kenapa gw gak pernah nyalain Messenger semingguan ini. Gw udah jawab, sambil tak lupa nitip salam buat si Satan, hihi...

***

Gw sering percaya takhayul, tapi sampai detik ini gw belum bisa mencerna cerita versi feminin-maskulin tentang gempa itu. Gw tadi sampai nelepon ulang buat nanya-nanya dari mana dia mendapat cerita itu. Yang kebayang di benak gw sampai sekarang malah: seorang cewek ama cowok bergumul, mengakibatkan gempa di kasur.

Sunday, May 21, 2006

cewek cakep yang tak kenal belas kasihan

Adalah terjemahan untuk judul salah satu puisi John Keats: "La Belle Dame sans Merci" (1819). Ceritanya mengenai perjumpaan seorang ksatria tampan dengan peri cantik di tengah sebuah padang yang gersang. Dia kepincut ama cewek sekseh yang tiba2 nongkrong di atas kudanya itu. Mereka pun jadi akrab. Bercinta semalaman, sampai badan letih tak keruan... Kemudian antara tidur dan terjaga, si ksatria melihat wajah-wajah para raja dan pangeran, yang berkata: "la belle dame sans merci itu telah menyeretmu jadi budaknya". Dia tersentak kaget. Terbangun dalam keadaan letih tak berdaya, pucet karena energi tersedot si kunti yang cantik itu. Menggigil di kaki sebuah bukit.

Mungkin kalian yang menghubungkannya dengan cerita tentang pembunuhan yang melibatkan aktris sinetron itu. Kemudian menempatkan si cewek sinetron itu ke posisi terdakwa, sebagai la belle dams san merci. Bisa jadi gw setuju dengan pendapat itu.

Tapi gw punya teori sendiri: dek Lidya ini hanyalah produk dari sistem masyarakat yang menjadikan seorang cewek umur 19 bisa mendapatkan penghasilan sekitar 50 juta rupiah sebulan, cuma dengan modal wajah cantik plus sedikit kemampuan akting. Lalu nyokap dan saudara-saudaranya bisa numpang sejahtera. Lalu orang-orang di sekitar memandanginya dengan penuh kekaguman. Prestasi yang pantas ditiru oleh jutaan abege sepantaran dia, yang masih hidup dalam jerat kemiskinan dan tak tahu lagi bagaimana memulai hidup ini... Di sini, dia adalah korban. Dan gw pribadi mendukung hukuman penjara fisik buat dia. Semoga dengan begitu dia bisa nemu jalan untuk dari penjara mental itu. Okay, la belle dame itu memang bukan dia. Tapi.... mungkin iya loh!

Mungkin, sebutan "jahat" untuk peri penggoda itu hanya ada dalam pikiran para raja dan ksatria yang menjadi "korban"-nya, yang sebenarnya adalah korban nafsu mereka masing-masing. Seandainya si ksatria itu nggak digoda aja sudah napsu, ngeliat cewek siluman yang malem-malem jalan sendirian, pake behel, tattoo, blink2, tanktop kulit macan, belahan dadanya keliatan, puser, ketek juga, maka yang terjadi adalah pemerkosaan. Keren juga sih bikin puisi tentang pemerkosaan kapan2... Judulnya, "La belle dame yang demen pornoaksian", huhu..


NOTES:
Kejadian yang menyangkut "antara tidur dan terjaga", juga menyangkut "peri/kuntilanak cantik" itu, juga pernah gw alami dalam karier gw sebagai seorang ksatria yang semi-tampan ini, hihi... kapan2 aja deh critanya, pas gw menjelma jadi kelelawar!

Monday, May 15, 2006

The Principles of Lust*

Ini adalah kejadian nyata yang --demi melindungi privasi-- gw pelesetin nama pelakunya. Yang bersangkutan tadi pesen, sedapat mungkin para sahabatnya nggak tau soal ini. Nah, bagaimana bisa, coba! hahaha...

Biasa aja sih ceritanya. Siang tadi, seorang cewe bernama Fifi telepon. Dia bilang lagi bingung mau mutusin pacarnya atau nggak. Cowoknya selingkuh dengan temannya sendiri. "Mas juga udah pernah ketemu kok orangnya," dia sebutin nama tuh cewek. Iyah dia ama si Lina itu memang pernah ke tempat gw juga dua mingguan kemarin. "Mereka ampe making love segala loh!" katanya. Yakin? "Iyalah, lihat semuanya.. di kasur gw aja banyak banget bekas sperma." Maksudnya, mereka melakukannya di kasur kos-kosan si Fifi ini. Payah!


Gw sendiri gak bisa bilang apa2.
Gw bukan advisor, and gak menempatkan diri dalam posisi tersebut. Itu urusan mereka. Dan yang dia lakukan.... cuma bilang kepada cowok itu supaya nggak mengulanginya lagi! Kurang proaktif sih kalau gw bilang. Gw cuma berpesan, ati-ati aja. Sekali pernah melakukan yang gituan, biasanya cowok cenderung berubah jadi binatang seksual. Beda ama cewek yang biasanya bisa ngerem (itu pendapat temen gw yang seorang cewek juga hehehe..).

Menurut pengakuan si Fifi setelah gw tanya-tanya, gaya pacaran mereka sendiri belom pernah sampai kayak getuan. Petting ama ngomong mesum sering tapi ML yang extended version belum pernah. Kayak gituan mestinya dilakukan dengan cowok yang benar-benar mau jadi suaminya kelak, dia bilang. Tapi... ada hal penting yang musti dipertimbangkan: nih cewek suka minjem koleksi VCD bokep gw, yang sekarang makin punah karena gw sendiri udah mulai insap gak pernah pernah belanja2 kayak getuan lagi. (Jujur loh gw sekali ini!)

Dan yang bikin rada mikir sekarang adalah fakta bahwa umur mereka termasuk sangat muda buat menjalani kelakuan2 seperti itu. Si Fifi umurnya masih 19 tahun, kuliah di swasta sambil nyoba-nyoba kerja (di swasta juga). Cowoknya bangsa 21-22.... Dan si montok yang jadi cewek selingkuhan itu 36b... ups maap, maksud gw 18 tahun, fresh graduate dari SMA!


Is it a reality I see before my eyes! Adakah di antara kalian yang berpikiran sama dengan yang gw pikirkan?


* Judul ini diambil dari lagu Enigma, album "Sadness"

Monday, May 08, 2006

Huh!

Sinetron lagi! Adegannya, seorang mas2 bertampang bete, jaket korea, tas punggung ukuran sedeng, lagi mondar-mandir di Terminal Bus Umbul Harjo di Jogja. Ada disorot juga, papan petunjuk “terminal antar kota”. Lalu dia duduk terkantuk-kantuk di bangku minibus semacam Metromini, yang bodinya masih bagus dan bersih (kendaraan umum di daerah memang selalu begitu!). Tiba-tiba, dia udah nyampe di pelabuhan Merak. Nyebrang pakai feri, dan sebentar kemudian sampailah dia di Lampung, berjalan gontai sambil megangin selembar kertas yang sepertinya berisi alamat. Nah lo!

Dia pun melangkah masuk ke rumah yang bentuknya lebih mirip rumah makan, atau sebuah tempat pelesiran bermotif tradisional, tapi bukan… rumah orang biasa kok! Nongol seorang ibu2 yang rupanya si tuan rumah. Si mas2an mengatakan bahwa maksud kedatangannya ke sono adalah hendak bertemu dengan ceweknya bernama Ningrum. Jawab si ibu: “Ooh dia! Gak ada tuuh. Memang sudah janjian mau ke mari?”

Seketika, tampang si mas2 itu terlihat dibete-betein. Diam terpaku. Sedih, putus asa, galau, dan bisa jadi.. pengen bunuh diri kayak si Nancy temen gw maren itu! Sebuah upaya mengeksplorasi kemampuan acting lewat olah mimik dan gestikulasi yang subtle, semacam yang dilakukan Marlon Brando ketika berperan sebagai Mr. Kurtz sedang membasuh jidat lalu membaca “The Hollow Men” di kegelapan, di pilem Apocalypse Now dulu.… cieh!!

Kembali ke sinetron tadi, selanjutnya si mas2 itu tiba di stasiun Kebumen! Lalu stasiun Gambir, Jakarta. Lalu kereta eksekutip ke Jawa lagi. Tiba2 lagi, stasiun Cirebon. Bingung. Aneh… Selanjutnya, terdengar lagu Didi Kempot (DK) berjudul Sewu Kuto. Gw rada kenal tuh lagu soalnya sering diperdengarkan di berbagai public areas, melodinya mirip2 lagu Mandarin juga, tapi isinya tentang seseorang yang lagi keder mondar-mandir dari satu kota ke kota lainnya gara-gara pingin ketemu kekasihnya. Urusan lirik, lagu ini quality-nya setingkat di atas lagunya Samsons lah! Suka-suka gw, namanya juga pendapat pribadi, hihi…

Dan…. nah! akhirnya, keliatan juga tampang cewek yang disebut2 bernama Ningrum tadi. Lagi jalan kaki sendirian di daerah Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Muka manis tapi ndeso (baca: eksotik), pake seragam pabrik warna biru, tas warna pink. Dari seberang jalan, si mas2 kita ini teriak manggil-manggil namanya, tapi nggak kedengeran. Suaranya tenggelam oleh berisik knalpot berbagai kendaraan butut yang menyesaki Ibu Kota….

Gw bukannya mau bikin ulasan serius di sini. Bukan pula mau mengupas kekacauan geografis yang diperlihatkan para pembuat sinetron itu. Gw juga gak nggak bercerita panjang-panjang tentang musiknya DK.. untuk soal ini, temen gw si Rosa lebih ahlinya. Yang gw ceritain di sini adalah adegan sebuah sinetron sepanjang kurang lebih 15 menit yang gw gak sengaja nonton kemarin itu. Dan memang cuma itu yang gw tonton. Judulnya gw nggak tau. Stasiun teve mana yang nayangin, juga gw juga lupa.

Yang paling menarik, sepanjang adegan lima belas menit tersebut, gw gak ngeliat satu pun alat bernama handphone! Sebuah contoh betapa ketiadaan benda ini bisa menciptakan sebuah drama yang mengharu biru seperti itu. Coba deh, seandainya si mas2 itu punya handphone dan dia telpon sana-sini dulu sebelum pergi ke sebuah destination tertentu, dan si Ningrum itu diperlihatkan lagi berjalan di depan halte, sambil jemarinya mencet2 keypad Nokia-nya yang gendut, pake camera, seperti mbak2 zaman sekarang yang kita liat di jalanan…

Okay, ini cuma pengantar buat tulisan gw tentang betapa menjemukan kehidupan kita di era henpon ini. Yang rencananya kapan-kapan mau gw tulis di sini, atau blog sebelah, atau bisa jadi tempat lain yang lebih seriuss gitu. C’ya!