Dari blogwalking, liatin blog temen2 lain, gw sedikit banget nemu yang ngobrolin soal lumpur Lapindo itu. Nah di situ gw mikir, kenapa nggak seperti ketika gempa dsb kemarin? Itu kejadian kan lumayan gede magnitude-nya. Menyangkut aset trilyunan rupiah. Dan meskipun jumlah korban jiwa relatip dikit, jelas kejadian ini merupakan terror mental pula buat saudara2 kita yang tinggal di lokasi itu, yang nggak kalah ingar bingar dibandingin dengan kejadian di Jogja kemarin.
Luas wilayah luapannya juga terus bertambah. Surabaya aja katanya terancam bisa kena luberan nanti, jika hujan buru2 datang sementara urusan penanganan belum beres. Dan menurut salah satu tulisan di blog itu, Surabaya terancam kehilangan kesempatannya untuk menjadi ibu kota pengganti seandainya kelak Jakarta jadi luluh lantak kena bencana alam (serem gak lo!!!) Jadi, kenapa nggak pada tertarik membahas??
Mungkin begini alesannya:
1. Peristiwa ini bukan bencana alam. Lebih banyak terjadi akibat inkompetensi operator pertambangan itu. Mother Nature nggak ikut disalahkan. Tuhan nggak dibawa-dibawa dalam teori "anugerah dan bencana" seperti yang terjadi setelah gempa dan tsunami kemarin.. lagunya Ebiet G. Ade juga nggak ada yang pas buat dipasang sebagai theme song dalam peristiwa ini, hihi.
2. Karena penyebabnya sudah jelas, melibatkan orang-orang yang jelas, nama2 penggede yang jelas, maka para korban bisa minta ganti rugi dengan besaran yang lebih jelas. Nggak perlu penggalangan dana, nggak banyak yang bediri di prapatan sambil bawa kardus bertulisan "sumbangan korban lumpur", nggak perlu demo.
3. Bantuan relawan asing juga nggak perlu. Teknisi asing gak usah diundang. Malu2in lah sebagai anak bangsa. Kita kan udah techie! Kalo cuma masang snubbing units dengan metode sidetracking dsb itu, orang kita juga jago kok (kemarin para petinggi perusahaan itu datang ke kantor gw buat men-display langkah penanganan yang mereka rencanakan loh.) Jadi tenang ajalah, everything is under control, kids! Liat aja panjat pinang 17 Agustusan itu, kita punya semangat juang yang tinggi.. tiangnya yang sekecil itu jarang2 ada yang ambruk (argumentasi gak nyambung gpp namanya juga cuma blog, huahaha!)
4. Selain sebagai kekonyolan fatal dan terkesan serampangan yang mirip2 adegan di film Mr. Bean, gw nggak melihat kejadian ini dikait-kaitkan dengan unsur magis. Nggak ada semacam Mbah Maridjan yang bersemayam di tengah2 lumpur itu. Bencana itu juga nggak disebut-sebut dalam ramalan2 Mama Laurent atau Pak Permadi tempo hari. Ramalan Jayabaya juga gak bilang-bilang soal lumpur. Maka lengkaplah ketidakmenarikan itu.
***
Sekarang gw jadi keinget diskusi dengan temen gw si Cempluk dua hari kemarin: bagusnya diapain yah lumpurnya?
Lahan pertanian yang digenangi lumpur itu jelas jadi nggak produktif, meskipun gw denger para ilmuwan sedang mengupayakan cara untuk menetralisir unsur perusak dalam lumpur itu, misalnya memanfaatkan bacillus untuk menetralisir unsur metal. Lalu juga tentang produksi genteng dengan materi lumpur melimpah, yang konon kualitasnya jadi bagus. Tapi kebayang deh, dengan materi sebanyak itu jadi berapa ratus ribu genteng yah, capek banget pasti ngeliatinnya huahahah..
Akhirnya kita membahas cara yang lebih ribet untuk memanfaatkan limbah alami itu. Begini... Gw punya penggalan "kepala Gayatri" yang gw taro di atas CPU gw. Konon bongkahan itu adalah cuilan boneka terakota mainan favorit para abege jaman Majapahit. (Tapi ini versi bajakan!). Nah, mengamati itu, gw jadi keinget patung terakota serdadu Tiongkok itu. Keinget juga ama lumpur Lapindo. Dari hasil diskusi ama si Cempluk itu, kita sepakat: menarik juga kalau lumpur itu dijadiin material buat bikin patung para koruptor.
Tiap koruptor di Indonesia dibuatin patungnya dengan bahan lumpur itu. (Kalau ternyata materinya kurang karena populasi koruptor itu memang berjibun, yah ga usah ditutup aja sumurnya.) Terus, kita taro patung2 itu di sebuah tempat yang kita namain Museum Koruptor Indonesia (MUKRI). Niru2 museum lilin Madame Tussauds di Inggris itu.. aaargh udah ah, postingan ini kepanjangan!
Keterangan foto:
1. Tenang aja.. ini bukan di Sidoarjo. Gw comot dari situs Woodstock 1994.
2. Foto colongan dari situs berita.
3. Terracotta warrior. Patung serdadu China dari zaman Dinasti Qin (210-209 SM). Gedenya persis seukuran manusia. Coba deh kita bikin patung koruptor yang segede itu, huahaha..